Permendikdasmen
13 Tahun 2025: Isi Lengkap dan Dampaknya untuk Sekolah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah
(Kemendikdasmen) meresmikan hadirnya Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 sejak
Selasa (15/7/2025). Apa isinya?
Secara
singkat Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 berisi tentang berbagai perubahan
yang terjadi pada kurikulum jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Perubahan yang dimaksud merujuk pada Peraturan
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor
12 Tahun 2024 tentang Kurikulum. Dilansir detikEdu dari aturan terkait,
Permendikbudristek 12/2024 terdiri dari 5 BAB dan 34 Pasal.
Pasal pertama membahas adanya 8 perubahan dari
Permendikbudristek 12/2024 dan 1 pasal tambahan baru. Sedangkan pasal kedua
berbunyi tentang tanggal berlakunya Peraturan Menteri tersebut sejak
diundangkan atau pada 15 Juli 2025 lalu.
Agar memudahkan pemahamanmu, berikut ini isi
lengkap Permendikdasmen 13 Tahun 2025 tentang Kurikulum dikutip dari aturan
terkait, Senin (21/7/2025).
Isi Lengkap Permendikdasmen 13 Tahun 2025
Pasal I Beberapa ketentuan dalam Permendikbudristek Nomor
12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah diubah sebagai berikut:
1.Pasal 3 tentang Kerangka
Dasar Kurikulum
Ayat (2) Pasal 3 tentang
kerangka dasar kurikulum pada Kurikulum Merdeka diubah dengan menghilangkan
aspek karakteristik pembelajaran dan penambahan pendekatan pembelajaran
mendalam (deep learning) dalam kerangka kurikulum. Dengan begitu, kerangka dasar
kurikulum memuat 6 komponen utama, yakni: Tujuan Prinsip Landasan filosofis Landasan sosiologis Landasan psikopedagogis Pendekatan pembelajaran mendalam.
2.Pasal 6 tentang Struktur
Kurikulum
Semula, struktur kurikulum berlaku bagi 10 jenjang pendidikan. Namun,
Permendikdasmen menghilangkan poin f yakni struktur kurikulum bagi taman
kanak-kanak luar biasa.
Di Permendikdasmen terbaru, struktur
kurikulum berlaku bagi: Struktur kurikulum PAUD atau bentuk lain yang
sederajat Struktur kurikulum SD, MI, atau yang sederajat Struktur kurikulum SMP, MTs, atau yang sederajat Struktur kurikulum SMA, MA, atau yang sederajat Struktur kurikulum SMK atau MAK Struktur kurikulum SDLB dan MILB Struktur kurikulum SMPLB dan MTsLB Struktur kurikulum SMALB dan MALB Struktur kurikulum satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan kesetaraan.
3.Pasal 16 tentang Kokurikuler Kokurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di luar jam
pelajaran untuk memperkuat materi pembelajaran yang telah didapatkan murid di
kelas. Pada Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024, Kokurikuler berkaitan
dengan profil pelajar Pancasila.
Sedangkan pada Permendikdasmen Nomor 12 Tahun
2025, Kemendikdasmen menghilangkan "Profil Pelajar Pancasila" dan
menggantinya dengan pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu, gerakan 7
Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, dan/atau cara lainnya.
Pada lembaga pendidikan kesetaraan, kokurikuler
bisa dilakukan dengan cara pemberdayaan dan peningkatan keterampilan.
4.Pasal 17 tentang Kompetensi
Kokurikuler
Perubahan selanjutnya hadir di Pasal 17, di mana Kemendikdasmen kembali merubah
kompetensi Kokurikuler pada projek penguatan profil pelajar Pancasila. Di
aturan terbaru, kompetensi Kokurikuler dirumuskan untuk memperkuat:
Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa Kewargaan Penalaran kritis Kreativitas Kolaborasi Kemandirian Kesehatan Komunikasi.
5.Pasal 18 tentang Muatan
Pembelajaran Permendikdasmen 13/2025 mengubahmuatan
pembelajaran yang berkaitan dengan projek penguatan profil pelajar pancasila
dangan: (1) Muatan pembelajaran terkait pembelajaran
kolaboratif lintas disiplin ilmu, gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat,
dan/atau cara lainnya berupa tema. (2) Tema digunakan untuk merumuskan topik yang
relevan dengan konteks sosial budaya dan karakteristik murid. (3) Tema dikembangkan oleh sekolah.
6.Pasal 19 tentang Beban
Belajar
Permendikdasmen 13/2025 kembali menghilangkan narasi "projek penguatan
profil pelajar pancasila". Beban belajar pada Kokurikuler dirumuskan dalam
bentuk alokasi waktu 1 tahun ajaran.
7.Pasal 22 tentang
Penyelenggaraan Ekstrakurikuler
Permendikdasmen 12/2025 memungkinkan PAUD dan pendidikan kesetaraan bisa
menyelenggarakan ekstrakurikuler. Sehingga, bukan hanya pendidikan dasar dan
pendidikan menengah jalur formal saja yang bisa menyelenggarakannya.
Aturan tersebut juga menambahkan 1 ayat tambahan
di Pasal 22. Pasal tambahan itu menyatakan bila ekstrakurikuler yang disediakan
sekolah tersebut sekurang-kurangnya adalah kepramukaan atau kepanduan.
8.Pasal 32 tentang Penerapan
Kurikulum
Penerapan kurikulum lebih lanjut diatur dalam pasal 32 sesuai perubahan pada
pasal 6 tentang struktur kurikulum.
9.Penambahan Pasal 32A
Di antara Pasal 32 dan 33, Permendikdasmen 13/2025 menyisipkan 1 pasal
tambahan, yang berbunyi:
Pasal 32A Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku,
mata pelajaran pilihan koding dan kecerdasan artifisial diselenggarakan oleh
sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan jenjang pendidikan menengah mulai
tahun ajaran 2025-2026 secara bertahap.
10.Penjelasan Lampiran
Ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III
Permendikbudristek 12/2024 tentang Kurikulum diubah. Perubahan diterangkan
lebih lengkap pada Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Permendikdasmen 13/2025.
Pasal II Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan, yakni 15 Juli 2025.
Dampaknya untuk Sekolah
1.Sekolah Diperbolehkan
Menggunakan Kurikulum 13 atau Kurikulum Merdeka Melalui hadirnya Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025,
Kemendikdasmen menegaskan tidak adanya perubahan nama kurikulum. Dengan begitu,
sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka diperkenankan
untuk melanjutkannya.
"Kurikulum tak ada yang baru atau penamaan
baru. Kurikulum yang berlaku masih K13 dan Kurikulum Merdeka masih
berlaku," kata Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran dari Badan Standar,
Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikdasmen, Dr Laksmi Dewi, MPd
dikutip dari arsip detikEdu.
Laksmi menyebut daerah 3T (tertinggal, terluar,
dan terdepan) masih diperbolehkan memakai Kurikulum 2013 hingga tahun ajaran
2026-2027. Sedangkan Kurikulum Merdeka saat ini sudah dipakai oleh 80-90%
sekolah di Indonesia.
"Tidak ada kurikulum baru di tahun
ini," tegas Laksmi lagi.
Permendikdasmen 13/2025 memang menambahkan deep
learning dalam komponen kerangka dasar kurikulum. Kendati demikian, Laksmi
menyebut deep learning bukan kurikulum melainkan sebuah metode pembaharuan
proses pembelajaran.
"Banyak yang schooling without learning (ke
sekolah tanpa benar-benar belajar). Deep learning ini pembelajaran mendalam
yang contohnya kita ambil dari Australia, Kanada dan Swedia. Proses
pembelajaran yang mengembangkan karakter, memuliakan, berkesadaran dan
menggembirakan," jelasnya.
2.Waktu Kokurikuler Dikurangi Sebagai informasi, Kokurikuler adalah kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan di luar jam pelajaran (intrakurikuler).
Tujuannya untuk memperkuat hingga memperkaya materi pelajaran yang telah
didapatkan murid di dalam kelas.
Permendikdasmen 13/2025 dinilai melakukan
penyederhanaan pelaksanaan kokurikuler dan pengurangan alokasi waktu
kokurikuler pada beberapa kelas. Lantaran disederhanakan, seharusnya sekolah
bisa lebih mudah dalam menjalankannya.
Berbagai bentuk kokurikuler yang
disarankan Kemendikdasmen adalah:
Pembelajaran lintas disiplin ilmu. Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Pemberdayaan keterampilan bagi pendidikan non
formal.
3.Ekstrakurikuler Minimal
Pramuka Permendikdasmen 13/2025 memperluas ranah
penyelenggaraan ekstrakurikuler. Bukan hanya lembaga pendidikan formal, lembaga
pendidikan nonformal seperti PAUD dan pendidikan kesetaraan bisa
menyelenggarakannya.
Bila sekolah ingin menyelenggarakan layanan
ekstrakurikuler, seminimal mungkin adalah kepramukaan atau kepanduan lain.
4.Mapel Koding dan AI Mulai
Dilaksanakan Hadirnya Permendikdasmen 13/2025 memastikan bila
mata pelajaran koding dan kecerdasan artifisial/ artificial intelligence (AI)
dilaksanakan. Kedua mata pelajaran ini bersifat pilihan dan diselenggarakan
secara bertahap mulai tahun ajaran 2025-2026.
Untuk jenjang SD koding dan AI dilakukan secara
bertahap mulai kelas 5, di SMP mulai kelas 7 dan di SMA mulai kelas 10.
Implementasi Pembelajaran Mendalam mencakup
berbagai strategi yang berdampak pada aspek penting dalam pendidikan seperti
kurikulum, proses pembelajaran, asesmen, ekosistem sekolah, serta peran guru,
kepala sekolah, dan pengawas. Strategi ini juga mencakup manajemen dan sistem
pengawasan yang mendukung transformasi pembelajaran.
Buku pelajaran SMP
Buku pelajaran SMA
PM
tidak hanya diterapkan pada satu jenjang pendidikan saja, namun diterapkan
secara menyeluruh mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan
dasar, hingga pendidikan menengah. Pada tahap awal, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah memprioritaskan implementasi PM pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah, dengan harapan dapat mewujudkan
pendidikan yang lebih bermakna dan kontekstual bagi seluruh peserta didik
Indonesia.
Dinamis,
Fleksibel, dan Responsif - Kurikulum
bersifat dinamis dan dapat diperbarui mengikuti perkembangan teknologi,
budaya, dan kebutuhan masyarakat. Fleksibilitas kurikulum memungkinkan
sekolah menyesuaikan pembelajaran dengan konteks lokal tanpa kehilangan
relevansi global.
Berpusat
pada Peserta Didik - Kurikulum memberikan ruang personalisasi,
menyesuaikan dengan minat, motivasi, dan gaya belajar peserta didik.
Dengan demikian, murid diberi kesempatan menjadi agen aktif dalam proses
belajar mereka sendiri, mendukung pertumbuhan potensi individu secara
optimal.
Pembelajaran
Terpadu - Kurikulum mendorong pembelajaran
lintas disiplin secara multidisipliner dan antardisiplin. Pembelajaran
tidak terkotak-kotak per mata pelajaran, melainkan terhubung dan bermakna
dalam kehidupan nyata.
Relevan
dan Peduli terhadap Kehidupan Masyarakat - Kurikulum
menekankan isu nyata dalam kehidupan seperti sosial, politik, kesehatan,
energi, dan lingkungan. Pembelajaran mendorong murid untuk menjadi
kontributor aktif di masyarakat, melalui proyek yang membangun kesadaran
dan kepedulian.
Pengembangan
Keterampilan Tingkat Tinggi - Kurikulum
diarahkan untuk menumbuhkan kreativitas, kolaborasi, berpikir kritis, dan
kemampuan memecahkan masalah. Oleh karena itu, pendekatannya mencakup
proyek, penelitian, dan pengalaman langsung.
Pemanfaatan
Teknologi Digital - Interaksi dalam pembelajaran diperkuat
dengan teknologi digital. Murid, guru, dan mitra pembelajaran saling
terhubung melalui platform daring maupun luring seperti perpustakaan
digital, jaringan WAN, LAN, hingga pembelajaran semi online. Teknologi
juga menjangkau daerah terpencil melalui metode yang relevan.
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
MENDALAM
1. Identifikasi
Mengidentifikasi
kesiapan peserta didik
Memahami
karakteristik materi pelajaran
Menentukan
dimensi profil Lulusan
2. Desain Pembelajaran
Menentukan
tujuan pembelajaran
Menentukan
topik pembelajaran yang kontekstual dan relevan
Mengintegrasikan
lintas disiplin ilmu yang relevan dengan topik
Menentukan
kerangka pembelajaran
3. Pengalaman Belajar
Merancang
pembelajaran dengan prinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan
Merancang
tahapan pembelajaran dengan langkah-langkah kegiatan awal, inti dan
penutup.
Mendeskripsikan
pengalaman belajar memahami, mengaplikasi, dan merefleksi
4. Asesmen
Asesmen
pada awal pembelajaran
Asesmen
pada proses pembelajaran
Asesmen
pada akhir pembelajaran
IDENTIFIKASI
A. Mengidentifikasi
Kesiapan Murid
Analisis
Pengetahuan Awal - Guru dapat menggunakan pre-test,
diskusi awal, atau pertanyaan pemantik untuk mengetahui pemahaman awal
murid terhadap konsep yang akan dipelajari. Hasil dari kegiatan ini
digunakan untuk mengidentifikasi kesenjangan pemahaman yang bisa menjadi
hambatan dalam proses pembelajaran.
Observasi
dan Refleksi - Guru mengamati bagaimana murid
merespon pertanyaan terbuka, tantangan berpikir kritis, atau tugas
eksploratif. Perhatian khusus diberikan pada tingkat keterlibatan, rasa
ingin tahu, dan kemampuan murid mengaitkan konsep baru dengan pengalaman
sebelumnya.
Inventarisasi
Gaya Belajar dan Minat - Melalui
angket atau wawancara singkat, guru dapat mengidentifikasi gaya belajar
dan minat murid. Informasi ini digunakan untuk menyesuaikan strategi
pembelajaran agar lebih relevan dan menarik.
Analisis
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) - Murid
diberi tugas pemecahan masalah atau proyek kecil untuk menilai kemampuan
mereka dalam mengambil keputusan. Guru dapat mengidentifikasi siapa yang
membutuhkan pendampingan lebih lanjut.
Konteks
Sosial dan Emosional - Guru harus
memperhatikan faktor-faktor sosial dan emosional, seperti rasa percaya
diri dan motivasi murid, yang dapat mempengaruhi kesiapan mereka dalam
belajar. Strategi diferensiasi digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan
individu atau kelompok.
Dengan
mengidentifikasi kesiapan murid secara menyeluruh, guru dapat merancang
pembelajaran yang lebih efektif, bermakna, berkesadaran, dan menggembirakan,
sesuai dengan potensi setiap peserta didik.
B. Mengidentifikasi
Karakteristik Mata Pelajaran
Untuk memastikan
pembelajaran yang mendalam, guru harus mengidentifikasi karakteristik mata
pelajaran agar tidak hanya berorientasi pada pemahaman konseptual, tetapi juga
relevan dengan kehidupan nyata. Pembelajaran yang dirancang harus mendorong
pengembangan 6C:
Character, Citizenship, Collaboration, Communication, Creativity,
dan Critical Thinking, sesuai dengan 8 Dimensi Profil Lulusan.
Guru perlu menganalisis kompetensi esensial dan memastikan bahwa tujuan
pembelajaran tidak sekadar berfokus pada hafalan, tetapi mendorong eksplorasi
konsep-konsep penting.
Upaya
lain adalah mengaitkan setiap pelajaran dengan konteks kehidupan nyata, seperti:
Menghubungkan pelajaran IPA
dengan isu lingkungan.
Mengaitkan pelajaran Ekonomi
dengan tren bisnis digital.
Strategi yang digunakan
juga perlu bersifat eksploratif dan reflektif, misalnya menggunakan pembelajaran
berbasis proyek atau pembelajaran berbasis pertanyaan.
Guru dapat mendorong murid untuk:
Merancang proyek,
Melakukan penelitian, atau
Menyelesaikan tantangan berbasis
data yang kontekstual.
C.
Menentukan Dimensi Profil Lulusan
Penentuan dimensi profil
lulusan dalam pembelajaran harus dilakukan secara strategis agar sesuai dengan
prinsip pembelajaran mendalam: bermakna, berkesadaran, dan
menggembirakan (Nasmik
Pembelajaran Mendalam hal 30). Guru perlu memilih dimensi profil lulusan
yang relevan dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik mata pelajaran yang
diajarkan.
Selanjutnya,
guru dapat menggunakan pendekatan berbasis pemahaman, aplikasi, dan refleksi,
seperti:
Studi kasus untuk memahami konsep,
Proyek berbasis tim untuk
penerapan pengetahuan,
Jurnal refleksi atau diskusi untuk
mengevaluasi proses belajar.
Yang
terakhir, guru merancang asesmen autentik yang mengukur perkembangan murid
secara menyeluruh, baik dari sisi akademik maupun karakter. Metodenya dapat
berupa portofolio, wawancara, atau observasi. Dengan strategi ini, pembelajaran
tidak hanya memperkaya wawasan, tapi juga menumbuhkan keterampilan dan
sikap esensial yang relevan dalam kehidupan nyata.
A. Menentukan Topik
Pembelajaran yang Kontekstual dan Relevan
Langkah awal dalam merancang
pembelajaran yang bermakna adalah dengan memilih topik yang kontekstual dan
relevan. Guru perlu memahami kebutuhan, minat, latar belakang, serta tingkat
penguasaan materi dari peserta didik. Pemahaman ini akan memandu guru dalam
mengidentifikasi topik yang tidak hanya sesuai kurikulum, tetapi juga dekat
dengan pengalaman sehari-hari murid.
Agar pembelajaran lebih hidup dan bermakna, topik sebaiknya dikaitkan dengan
konteks kehidupan nyata. Hal ini bisa diwujudkan melalui studi kasus, peristiwa
aktual, atau isu sosial yang sedang hangat dibahas. Topik-topik seperti
perubahan iklim, kesehatan masyarakat, atau literasi keuangan bisa dijadikan
pijakan untuk membangun pemikiran kritis dan kreativitas peserta didik melalui
diskusi eksploratif atau proyek kolaboratif.
Pemanfaatan
sumber belajar digital seperti video interaktif, eksperimen virtual, hingga
simulasi berbasis teknologi dapat memperkuat relevansi pembelajaran. Dengan cara
ini, proses belajar tidak hanya menjadi pengalaman yang mendalam, tapi juga
aplikatif dalam kehidupan nyata.
B.
Mengidentifikasi Lintas Disiplin Ilmu yang Relevan
Integrasi lintas disiplin
menjadi salah satu ciri khas dari pembelajaran mendalam. Proses ini diawali
dengan memilih tema utama yang berpotensi dihubungkan dengan berbagai bidang
ilmu. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi konsep-konsep dari disiplin
ilmu yang berbeda untuk mendukung pemahaman holistik terhadap topik tersebut.
Guru dapat merancang pembelajaran yang menggabungkan beberapa perspektif ilmu,
seperti melalui model STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts,
Mathematics) atau pendekatan berbasis masalah (Problem-Based Learning). Ini
memungkinkan murid melihat keterkaitan antar ilmu dalam menjawab persoalan
dunia nyata.
Penggunaan
metode kolaboratif, misalnya proyek kelompok lintas mata pelajaran, membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sistematis. Dengan
memahami hubungan antar konsep lintas bidang, murid dapat menginternalisasi
materi dengan cara yang lebih dalam dan relevan.
Agar pembelajaran mendalam
berjalan efektif, guru perlu menentukan kerangka pembelajaran yang mencakup empat
aspek utama: praktik pedagogis, kemitraan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pemanfaatan teknologi digital.
Pelatihan pedagogi
Praktis
Pedagogis: Guru memilih model pembelajaran yang
mendorong eksplorasi dan pemecahan masalah, seperti pembelajaran proyek,
pembelajaran inkuiri, atau problem-based learning. Strategi ini mendorong
murid aktif membangun pemahaman melalui aktivitas nyata.
Kemitraan
Pembelajaran: Kolaborasi menjadi kunci
pembelajaran bermakna. Guru bisa melibatkan orang tua, komunitas, praktisi
industri, hingga akademisi lintas bidang dalam proses belajar. Bentuk
kemitraan ini bisa berupa kunjungan lapangan, diskusi ahli, atau mentoring
langsung.
Lingkungan
Pembelajaran: Ciptakan suasana belajar yang
mendorong kolaborasi dan eksplorasi. Ini bisa berupa ruang fisik seperti
kelas kreatif dan laboratorium, maupun ruang digital seperti forum diskusi
daring atau platform pembelajaran berbasis LMS.
Pemanfaatan
Teknologi Digital: Integrasi teknologi menjadi bagian
penting dalam pembelajaran mendalam. Gunakan e-learning, simulasi,
augmented reality (AR), bahkan kecerdasan buatan (AI) untuk memperkuat
akses, interaktivitas, serta personalisasi pembelajaran.
Dengan
menetapkan kerangka ini secara tepat, guru dapat merancang proses pembelajaran
yang tidak hanya menyenangkan dan menarik, tetapi juga bermakna, reflektif, dan
kontekstual. Semua elemen tersebut saling terhubung untuk mewujudkan pendidikan
yang mendalam, berpihak pada murid, dan menjawab tantangan zaman.
Pelatihan pedagogi
Kelas online
PENGALAMAN BELAJAR
A. Pengalaman Belajar yang
Bermakna
Pembelajaran yang efektif
tidak hanya soal mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk pengalaman
belajar yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan
(Nasmik
Pembelajaran Mendalam hal 32-34). Tiga prinsip ini menjadi dasar dalam
merancang proses pembelajaran yang memerdekakan dan menyentuh hati setiap murid.
1. Berkesadaran
Guru perlu merancang
pembelajaran secara sadar dengan memperhatikan:
Kebutuhan dan potensi unik setiap
murid
Latar belakang dan keberagaman
mereka
Kondisi nyata di lingkungan
belajar
Dengan
cara ini, pembelajaran menjadi lebih inklusif dan relevan.
2. Bermakna
Materi pembelajaran harus
dekat dengan kehidupan sehari-hari murid. Ketika siswa mampu mengaitkan
pelajaran dengan pengalaman pribadi, mereka:
Lebih mudah memahami konsep
Termotivasi untuk belajar lebih
lanjut
Membangun pemahaman yang lebih
dalam, bukan sekadar hafalan
3. Menggembirakan
Belajar seharusnya menjadi
proses yang membahagiakan. Suasana belajar yang menyenangkan akan mendorong
rasa ingin tahu dan kreativitas siswa. Guru dapat menghadirkan keceriaan
melalui:
Permainan edukatif
Eksperimen interaktif
Proyek kolaboratif
B. Tahapan
Pengalaman Belajar yang Efektif
Untuk menghasilkan
pembelajaran yang benar-benar mendalam, pengalaman belajar dikembangkan
melalui tiga tahapan berkelanjutan: (Nasmik
Pembelajaran Mendalam hal 32-34).
Tahap 1: Memahami
Murid menggali konsep
melalui:
Pembelajaran teori
Diskusi aktif
Demonstrasi langsung
Tahap 2: Mengaplikasikan
Pengetahuan yang telah
diperoleh digunakan dalam:
Penyelesaian tugas bermakna
Eksperimen nyata
Proyek berbasis kehidupan
sehari-hari
Tahap 3: Merefleksi
Murid meninjau kembali
proses belajar mereka, merenungkan:
Apa yang sudah dipelajari?
Apa tantangan yang dihadapi?
Bagaimana strategi perbaikan ke
depan?
Tujuan Akhir:
Murid tidak hanya memahami secara akademis, tetapi juga menginternalisasi nilai
dan keterampilan untuk diterapkan dalam kehidupan nyata.
Pembelajaran Mendalam
bukan sekadar pendekatan, melainkan perjalanan belajar yang
dirancang dengan strategi yang terstruktur:
1. Perencanaan
Guru menyusun pembelajaran
dengan mempertimbangkan:
Karakteristik murid
Materi pelajaran yang kontekstual
Ketersediaan sumber daya
Kolaborasi dengan mitra belajar
2. Pelaksanaan
Proses belajar dijalankan
berdasarkan prinsip:
Berkesadaran:
mengenali kondisi murid
Bermakna:
menyambungkan materi dengan dunia nyata
Menggembirakan:
menghadirkan suasana aktif, positif, dan menarik
Metode
yang digunakan mencakup: memahami, mengaplikasikan, dan merefleksi.
3. Asesmen
Evaluasi pembelajaran
tidak hanya mengukur hafalan, tetapi menilai:
Kedalaman pemahaman konsep
Kemampuan berpikir kritis dan
reflektif
Kesiapan menerapkan ilmu dalam
kehidupan nyata
Pembelajaran
mendalam menempatkan murid sebagai pusat proses belajar. Dengan pendekatan ini,
mereka tidak hanya menjadi penerima pengetahuan, tetapi juga pencipta
makna, yang siap menghadapi tantangan dunia nyata dengan keyakinan dan
keterampilan.
Asesmen merupakan bagian
integral dari proses pembelajaran yang tidak hanya berfungsi untuk mengukur
hasil belajar, tetapi juga menjadi alat reflektif dalam merancang strategi
pembelajaran yang lebih efektif. Dalam konteks pembelajaran yang berpusat pada
murid, asesmen dilakukan secara berkelanjutan dan menyeluruh melalui tiga
tahapan utama:
A.
Asesmen pada Awal Pembelajaran
Tahap ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kesiapan belajar murid, termasuk pemahaman awal, latar
belakang pengetahuan, dan kebutuhan individual mereka. Informasi yang diperoleh
dari asesmen awal sangat krusial untuk membantu guru:
Menyesuaikan pendekatan mengajar
dengan karakteristik siswa
Merancang pembelajaran yang
inklusif dan adaptif
Mengidentifikasi kesenjangan
pengetahuan
Metode yang dapat digunakan:
pre-test, diskusi awal, kuesioner, survei minat, dan wawancara singkat.
B.
Asesmen pada Proses Pembelajaran (Asesmen Formatif)
Asesmen formatif dilakukan
secara berkala selama proses belajar berlangsung. Tujuannya adalah untuk:
Memantau perkembangan belajar
murid
Memberikan umpan balik
konstruktif secara real-time
Menyesuaikan strategi dan metode
pembelajaran sesuai kebutuhan
Melalui
asesmen ini, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal,
interaktif, dan relevan.
Teknik yang umum digunakan:
observasi, refleksi harian, diskusi kelompok, kuis singkat, jurnal belajar,
serta pertanyaan terbuka untuk menggali pemahaman.
C.
Asesmen pada Akhir Pembelajaran (Asesmen Sumatif)
Asesmen akhir bertujuan
untuk mengevaluasi sejauh mana murid telah mencapai kompetensi yang
ditargetkan. Lebih dari sekadar pengukuran nilai, asesmen ini juga
menggambarkan kualitas pemahaman dan penerapan konsep yang telah dipelajari.
Asesmen sumatif tidak hanya berbasis tes, tetapi juga mengintegrasikan berbagai
bentuk penilaian autentik yang menilai kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan abad 21.
Metode yang digunakan:
ujian, portofolio karya, proyek nyata, presentasi, studi kasus, atau produk
akhir yang relevan dengan dunia nyata.
Dengan
pendekatan asesmen yang menyeluruh dan berkesinambungan, guru dapat membantu
setiap murid tumbuh optimal sesuai potensi masing-masing, menciptakan iklim
belajar yang sehat, reflektif, dan mendalam.
Dengan
perencanaan yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan, pembelajaran bukan
lagi sekadar penyampaian materi, tetapi menjadi perjalanan tumbuh bersama
antara guru dan murid dalam membangun masa depan yang lebih cerah.
Mari
Bergabung dengan Komunitas Telegram dan Whatsapp Datadikdasmen
Garrison,D.R.,&Anderson,T.(2003).E-learninginthe21stcentury:Aframeworkforresearch and practice. RoutledgeFalmer.
Gillon, C. J., Lillicrap, T.
P., Beaudoin, P., Bengio, Y., Bogacz, R., Christensen, A., & Kording,
K. P. (2019).ADeepLearningframeworkforneuroscience.NatureNeuroscience,22(11),1761– 1770.
Maulidania,A.,Junaedi,D.,&Waluyo,T.(2023).ImplementasiLandasanSosiologisDalam Pengembangan Kurikulum Dan Analisis Isu-Isu Krusial Kurikulum Di
Era Globalisasi. Sintesa: Jurnal Ilmu Pendidikan, 18(2).