SDN TARO'AN

Alamat : Desa Taro'an Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan -Email : sdntaroan@gmail.com, NPSN : 20527086, Kode Pos : 69371

Rabu, 23 Juli 2025

Permendikdasmen 13 Tahun 2025: Isi Lengkap dan Dampaknya untuk Sekolah

 

Permendikdasmen 13 Tahun 2025: Isi Lengkap dan Dampaknya untuk Sekolah

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meresmikan hadirnya Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 sejak Selasa (15/7/2025). Apa isinya?

Secara singkat Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 berisi tentang berbagai perubahan yang terjadi pada kurikulum jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Perubahan yang dimaksud merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum. Dilansir detikEdu dari aturan terkait, Permendikbudristek 12/2024 terdiri dari 5 BAB dan 34 Pasal.

Namun, sebagai catatan, Permendikdasmen 13/2025 tidak mengubah seluruh isi Permendikbudristek 12/2024. Sehingga, Permendikdasmen hanya memiliki 2 Pasal pembahasan.

Pasal pertama membahas adanya 8 perubahan dari Permendikbudristek 12/2024 dan 1 pasal tambahan baru. Sedangkan pasal kedua berbunyi tentang tanggal berlakunya Peraturan Menteri tersebut sejak diundangkan atau pada 15 Juli 2025 lalu.

Agar memudahkan pemahamanmu, berikut ini isi lengkap Permendikdasmen 13 Tahun 2025 tentang Kurikulum dikutip dari aturan terkait, Senin (21/7/2025).

Isi Lengkap Permendikdasmen 13 Tahun 2025

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah diubah sebagai berikut:

1.    Pasal 3 tentang Kerangka Dasar Kurikulum

Ayat (2) Pasal 3 tentang kerangka dasar kurikulum pada Kurikulum Merdeka diubah dengan menghilangkan aspek karakteristik pembelajaran dan penambahan pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) dalam kerangka kurikulum. Dengan begitu, kerangka dasar kurikulum memuat 6 komponen utama, yakni:
Tujuan
Prinsip
Landasan filosofis
Landasan sosiologis
Landasan psikopedagogis
Pendekatan pembelajaran mendalam.

 

2.    Pasal 6 tentang Struktur Kurikulum
Semula, struktur kurikulum berlaku bagi 10 jenjang pendidikan. Namun, Permendikdasmen menghilangkan poin f yakni struktur kurikulum bagi taman kanak-kanak luar biasa.


Di Permendikdasmen terbaru, struktur kurikulum berlaku bagi:
Struktur kurikulum PAUD atau bentuk lain yang sederajat
Struktur kurikulum SD, MI, atau yang sederajat
Struktur kurikulum SMP, MTs, atau yang sederajat
Struktur kurikulum SMA, MA, atau yang sederajat
Struktur kurikulum SMK atau MAK
Struktur kurikulum SDLB dan MILB
Struktur kurikulum SMPLB dan MTsLB
Struktur kurikulum SMALB dan MALB
Struktur kurikulum satuan pendidikan penyelenggara pendidikan kesetaraan.

 

3.    Pasal 16 tentang Kokurikuler
Kokurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di luar jam pelajaran untuk memperkuat materi pembelajaran yang telah didapatkan murid di kelas. Pada Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024, Kokurikuler berkaitan dengan profil pelajar Pancasila.


Sedangkan pada Permendikdasmen Nomor 12 Tahun 2025, Kemendikdasmen menghilangkan "Profil Pelajar Pancasila" dan menggantinya dengan pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu, gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, dan/atau cara lainnya.

Pada lembaga pendidikan kesetaraan, kokurikuler bisa dilakukan dengan cara pemberdayaan dan peningkatan keterampilan.

 

4.    Pasal 17 tentang Kompetensi Kokurikuler
Perubahan selanjutnya hadir di Pasal 17, di mana Kemendikdasmen kembali merubah kompetensi Kokurikuler pada projek penguatan profil pelajar Pancasila. Di aturan terbaru, kompetensi Kokurikuler dirumuskan untuk memperkuat:


Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Kewargaan
Penalaran kritis
Kreativitas
Kolaborasi
Kemandirian
Kesehatan
Komunikasi.


5.    Pasal 18 tentang Muatan Pembelajaran
Permendikdasmen 13/2025 mengubahmuatan pembelajaran yang berkaitan dengan projek penguatan profil pelajar pancasila dangan:
(1) Muatan pembelajaran terkait pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu, gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, dan/atau cara lainnya berupa tema.
(2) Tema digunakan untuk merumuskan topik yang relevan dengan konteks sosial budaya dan karakteristik murid.
(3) Tema dikembangkan oleh sekolah.

 

6.    Pasal 19 tentang Beban Belajar
Permendikdasmen 13/2025 kembali menghilangkan narasi "projek penguatan profil pelajar pancasila". Beban belajar pada Kokurikuler dirumuskan dalam bentuk alokasi waktu 1 tahun ajaran.


7.    Pasal 22 tentang Penyelenggaraan Ekstrakurikuler
Permendikdasmen 12/2025 memungkinkan PAUD dan pendidikan kesetaraan bisa menyelenggarakan ekstrakurikuler. Sehingga, bukan hanya pendidikan dasar dan pendidikan menengah jalur formal saja yang bisa menyelenggarakannya.


Aturan tersebut juga menambahkan 1 ayat tambahan di Pasal 22. Pasal tambahan itu menyatakan bila ekstrakurikuler yang disediakan sekolah tersebut sekurang-kurangnya adalah kepramukaan atau kepanduan.


8.    Pasal 32 tentang Penerapan Kurikulum
Penerapan kurikulum lebih lanjut diatur dalam pasal 32 sesuai perubahan pada pasal 6 tentang struktur kurikulum.


9.    Penambahan Pasal 32A
Di antara Pasal 32 dan 33, Permendikdasmen 13/2025 menyisipkan 1 pasal tambahan, yang berbunyi:


Pasal 32A
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, mata pelajaran pilihan koding dan kecerdasan artifisial diselenggarakan oleh sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan jenjang pendidikan menengah mulai tahun ajaran 2025-2026 secara bertahap.


10. Penjelasan Lampiran
Ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III Permendikbudristek 12/2024 tentang Kurikulum diubah. Perubahan diterangkan lebih lengkap pada Lampiran I, Lampiran II, dan Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Permendikdasmen 13/2025.


Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yakni 15 Juli 2025.

Dampaknya untuk Sekolah

1.    Sekolah Diperbolehkan Menggunakan Kurikulum 13 atau Kurikulum Merdeka
Melalui hadirnya Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025, Kemendikdasmen menegaskan tidak adanya perubahan nama kurikulum. Dengan begitu, sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka diperkenankan untuk melanjutkannya.

"Kurikulum tak ada yang baru atau penamaan baru. Kurikulum yang berlaku masih K13 dan Kurikulum Merdeka masih berlaku," kata Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran dari Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikdasmen, Dr Laksmi Dewi, MPd dikutip dari arsip detikEdu.

Laksmi menyebut daerah 3T (tertinggal, terluar, dan terdepan) masih diperbolehkan memakai Kurikulum 2013 hingga tahun ajaran 2026-2027. Sedangkan Kurikulum Merdeka saat ini sudah dipakai oleh 80-90% sekolah di Indonesia.

"Tidak ada kurikulum baru di tahun ini," tegas Laksmi lagi.

Permendikdasmen 13/2025 memang menambahkan deep learning dalam komponen kerangka dasar kurikulum. Kendati demikian, Laksmi menyebut deep learning bukan kurikulum melainkan sebuah metode pembaharuan proses pembelajaran.

"Banyak yang schooling without learning (ke sekolah tanpa benar-benar belajar). Deep learning ini pembelajaran mendalam yang contohnya kita ambil dari Australia, Kanada dan Swedia. Proses pembelajaran yang mengembangkan karakter, memuliakan, berkesadaran dan menggembirakan," jelasnya.

2.    Waktu Kokurikuler Dikurangi
Sebagai informasi, Kokurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di luar jam pelajaran (intrakurikuler). Tujuannya untuk memperkuat hingga memperkaya materi pelajaran yang telah didapatkan murid di dalam kelas.

Permendikdasmen 13/2025 dinilai melakukan penyederhanaan pelaksanaan kokurikuler dan pengurangan alokasi waktu kokurikuler pada beberapa kelas. Lantaran disederhanakan, seharusnya sekolah bisa lebih mudah dalam menjalankannya.

Berbagai bentuk kokurikuler yang disarankan Kemendikdasmen adalah:

Pembelajaran lintas disiplin ilmu.
Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.
Pemberdayaan keterampilan bagi pendidikan non formal.

 

3.    Ekstrakurikuler Minimal Pramuka
Permendikdasmen 13/2025 memperluas ranah penyelenggaraan ekstrakurikuler. Bukan hanya lembaga pendidikan formal, lembaga pendidikan nonformal seperti PAUD dan pendidikan kesetaraan bisa menyelenggarakannya.

Bila sekolah ingin menyelenggarakan layanan ekstrakurikuler, seminimal mungkin adalah kepramukaan atau kepanduan lain.


4.    Mapel Koding dan AI Mulai Dilaksanakan
Hadirnya Permendikdasmen 13/2025 memastikan bila mata pelajaran koding dan kecerdasan artifisial/ artificial intelligence (AI) dilaksanakan. Kedua mata pelajaran ini bersifat pilihan dan diselenggarakan secara bertahap mulai tahun ajaran 2025-2026.

Untuk jenjang SD koding dan AI dilakukan secara bertahap mulai kelas 5, di SMP mulai kelas 7 dan di SMA mulai kelas 10.

Selengkapnya silakan download :

1.    Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 Tentang Kurikulum

2.    Permendikdasmen Nomor 11 Tahun 2025 Tentang Beban Kerja Guru

3.    Permendikdasmen Nomor 10 Tahun 2025 Tentang Standar Kelulusan (SKL)

4.    Permendikdasmen Nomor 12 Tahun 2025 Tentang Standar Isi

5.    Keputusan Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pembelajaran Nomor 046/H/KR/2025 Tentang Capaian Pembelajaran

6.    Sosialisasi Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025


Sumber : https://www.detik.com/edu/sekolah/d-8021932/permendikdasmen-13-tahun-2025-isi-lengkap-dan-dampaknya-untuk-sekolah#google_vignette

Selasa, 22 Juli 2025

Pendekatan Pembelajaran Deep Learning

 

Pendekatan Pembelajaran Deep Learning

Sintaks pembelajaran dalam deep learning mengacu pada tahapan-tahapan yang terstruktur dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai pemahaman mendalam dan bermakna. Pendekatan ini menekankan pada tiga elemen utama: Mindful Learning (Pembelajaran Sadar), Meaningful Learning (Pembelajaran Bermakna), dan Joyful Learning (Pembelajaran Menyenangkan). 

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mendalam Paud, SD, SMP, SMA, SMK

Implementasi Pembelajaran Mendalam mencakup berbagai strategi yang berdampak pada aspek penting dalam pendidikan seperti kurikulum, proses pembelajaran, asesmen, ekosistem sekolah, serta peran guru, kepala sekolah, dan pengawas. Strategi ini juga mencakup manajemen dan sistem pengawasan yang mendukung transformasi pembelajaran.

 


Buku pelajaran SMP

Buku pelajaran SMA

PM tidak hanya diterapkan pada satu jenjang pendidikan saja, namun diterapkan secara menyeluruh mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan dasar, hingga pendidikan menengah. Pada tahap awal, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah memprioritaskan implementasi PM pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dengan harapan dapat mewujudkan pendidikan yang lebih bermakna dan kontekstual bagi seluruh peserta didik Indonesia.

 Karakteristik Kurikulum dalam Implementasi PM (Nasmik Pembelajaran Mendalam hal 39-40)

  1. Dinamis, Fleksibel, dan Responsif - Kurikulum bersifat dinamis dan dapat diperbarui mengikuti perkembangan teknologi, budaya, dan kebutuhan masyarakat. Fleksibilitas kurikulum memungkinkan sekolah menyesuaikan pembelajaran dengan konteks lokal tanpa kehilangan relevansi global.
  1. Berpusat pada Peserta Didik - Kurikulum memberikan ruang personalisasi, menyesuaikan dengan minat, motivasi, dan gaya belajar peserta didik. Dengan demikian, murid diberi kesempatan menjadi agen aktif dalam proses belajar mereka sendiri, mendukung pertumbuhan potensi individu secara optimal.
  1. Pembelajaran Terpadu - Kurikulum mendorong pembelajaran lintas disiplin secara multidisipliner dan antardisiplin. Pembelajaran tidak terkotak-kotak per mata pelajaran, melainkan terhubung dan bermakna dalam kehidupan nyata.
  1. Relevan dan Peduli terhadap Kehidupan Masyarakat - Kurikulum menekankan isu nyata dalam kehidupan seperti sosial, politik, kesehatan, energi, dan lingkungan. Pembelajaran mendorong murid untuk menjadi kontributor aktif di masyarakat, melalui proyek yang membangun kesadaran dan kepedulian.
  1. Pengembangan Keterampilan Tingkat Tinggi - Kurikulum diarahkan untuk menumbuhkan kreativitas, kolaborasi, berpikir kritis, dan kemampuan memecahkan masalah. Oleh karena itu, pendekatannya mencakup proyek, penelitian, dan pengalaman langsung.
  1. Pemanfaatan Teknologi Digital - Interaksi dalam pembelajaran diperkuat dengan teknologi digital. Murid, guru, dan mitra pembelajaran saling terhubung melalui platform daring maupun luring seperti perpustakaan digital, jaringan WAN, LAN, hingga pembelajaran semi online. Teknologi juga menjangkau daerah terpencil melalui metode yang relevan.


PERENCANAAN PEMBELAJARAN MENDALAM

1. Identifikasi

  • Mengidentifikasi kesiapan peserta didik
  • Memahami karakteristik materi pelajaran
  • Menentukan dimensi profil Lulusan

2. Desain Pembelajaran

  • Menentukan tujuan pembelajaran
  • Menentukan topik pembelajaran yang kontekstual dan relevan
  • Mengintegrasikan lintas disiplin ilmu yang relevan dengan topik
  • Menentukan kerangka pembelajaran

3. Pengalaman Belajar

  • Merancang pembelajaran dengan prinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan
  • Merancang tahapan pembelajaran dengan langkah-langkah kegiatan awal, inti dan penutup.
  • Mendeskripsikan pengalaman belajar memahami, mengaplikasi, dan merefleksi

4. Asesmen

  • Asesmen pada awal pembelajaran
  • Asesmen pada proses pembelajaran
  • Asesmen pada akhir pembelajaran


IDENTIFIKASI

A. Mengidentifikasi Kesiapan Murid

  1. Analisis Pengetahuan Awal - Guru dapat menggunakan pre-test, diskusi awal, atau pertanyaan pemantik untuk mengetahui pemahaman awal murid terhadap konsep yang akan dipelajari. Hasil dari kegiatan ini digunakan untuk mengidentifikasi kesenjangan pemahaman yang bisa menjadi hambatan dalam proses pembelajaran.
  1. Observasi dan Refleksi - Guru mengamati bagaimana murid merespon pertanyaan terbuka, tantangan berpikir kritis, atau tugas eksploratif. Perhatian khusus diberikan pada tingkat keterlibatan, rasa ingin tahu, dan kemampuan murid mengaitkan konsep baru dengan pengalaman sebelumnya.
  1. Inventarisasi Gaya Belajar dan Minat - Melalui angket atau wawancara singkat, guru dapat mengidentifikasi gaya belajar dan minat murid. Informasi ini digunakan untuk menyesuaikan strategi pembelajaran agar lebih relevan dan menarik.
  1. Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) - Murid diberi tugas pemecahan masalah atau proyek kecil untuk menilai kemampuan mereka dalam mengambil keputusan. Guru dapat mengidentifikasi siapa yang membutuhkan pendampingan lebih lanjut.
  1. Konteks Sosial dan Emosional - Guru harus memperhatikan faktor-faktor sosial dan emosional, seperti rasa percaya diri dan motivasi murid, yang dapat mempengaruhi kesiapan mereka dalam belajar. Strategi diferensiasi digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan individu atau kelompok.

Dengan mengidentifikasi kesiapan murid secara menyeluruh, guru dapat merancang pembelajaran yang lebih efektif, bermakna, berkesadaran, dan menggembirakan, sesuai dengan potensi setiap peserta didik.

B. Mengidentifikasi Karakteristik Mata Pelajaran

Untuk memastikan pembelajaran yang mendalam, guru harus mengidentifikasi karakteristik mata pelajaran agar tidak hanya berorientasi pada pemahaman konseptual, tetapi juga relevan dengan kehidupan nyata. Pembelajaran yang dirancang harus mendorong pengembangan 6C:

CharacterCitizenshipCollaborationCommunicationCreativity, dan Critical Thinking,  sesuai dengan 8 Dimensi Profil Lulusan.

Guru perlu menganalisis kompetensi esensial dan memastikan bahwa tujuan pembelajaran tidak sekadar berfokus pada hafalan, tetapi mendorong eksplorasi konsep-konsep penting.

Upaya lain adalah mengaitkan setiap pelajaran dengan konteks kehidupan nyata, seperti:

  • Menghubungkan pelajaran IPA dengan isu lingkungan.
  • Mengaitkan pelajaran Ekonomi dengan tren bisnis digital.

Strategi yang digunakan juga perlu bersifat eksploratif dan reflektif, misalnya menggunakan pembelajaran berbasis proyek atau pembelajaran berbasis pertanyaan. Guru dapat mendorong murid untuk:

  • Merancang proyek,
  • Melakukan penelitian, atau
  • Menyelesaikan tantangan berbasis data yang kontekstual.

C. Menentukan Dimensi Profil Lulusan

Penentuan dimensi profil lulusan dalam pembelajaran harus dilakukan secara strategis agar sesuai dengan prinsip pembelajaran mendalam: bermakna, berkesadaran, dan menggembirakan (Nasmik Pembelajaran Mendalam hal 30). Guru perlu memilih dimensi profil lulusan yang relevan dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan.

Langkah pertama adalah mengidentifikasi keterkaitan materi dengan profil lulusan (Permendikdasmen No.10 tahun 2025, pasal 4), misalnya:

  1. Keimanan dan Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa : Memiliki keyakinan yang kuat dan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. 
  2. Kewargaan : Memiliki rasa cinta tanah air, bertanggung jawab sebagai warga negara, dan berkontribusi positif bagi masyarakat. 
  3. Penalaran Kritis : Mampu berpikir logis, analitis, dan mampu memecahkan masalah dengan cara yang sistematis. 
  4. Kreativitas : Mampu berpikir inovatif, menghasilkan ide-ide baru, dan mampu menciptakan solusi yang unik. 
  5. Kolaborasi : Mampu bekerja sama dengan orang lain, menghargai perbedaan, dan mencapai tujuan bersama. 
  6. Kemandirian : Mampu belajar secara mandiri, bertanggung jawab atas tindakan sendiri, dan mengambil inisiatif. 
  7. Kesehatan : Menjaga kesehatan fisik dan mental, serta memiliki gaya hidup yang seimbang. 
  8. Komunikasi : Mampu berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tulisan, serta mampu menyampaikan ide dan gagasan dengan jelas. 

Baca penjelasan : 8 Dimensi Profil Lulusan

Selanjutnya, guru dapat menggunakan pendekatan berbasis pemahaman, aplikasi, dan refleksi, seperti:

  • Studi kasus untuk memahami konsep,
  • Proyek berbasis tim untuk penerapan pengetahuan,
  • Jurnal refleksi atau diskusi untuk mengevaluasi proses belajar.

Yang terakhir, guru merancang asesmen autentik yang mengukur perkembangan murid secara menyeluruh, baik dari sisi akademik maupun karakter. Metodenya dapat berupa portofolio, wawancara, atau observasi. Dengan strategi ini, pembelajaran tidak hanya memperkaya wawasan, tapi juga menumbuhkan keterampilan dan sikap esensial yang relevan dalam kehidupan nyata.


DESAIN PEMBELAJARAN MENDALAM (Pembelajaran Mendalam : 38)

A. Menentukan Topik Pembelajaran yang Kontekstual dan Relevan

Langkah awal dalam merancang pembelajaran yang bermakna adalah dengan memilih topik yang kontekstual dan relevan. Guru perlu memahami kebutuhan, minat, latar belakang, serta tingkat penguasaan materi dari peserta didik. Pemahaman ini akan memandu guru dalam mengidentifikasi topik yang tidak hanya sesuai kurikulum, tetapi juga dekat dengan pengalaman sehari-hari murid.

Agar pembelajaran lebih hidup dan bermakna, topik sebaiknya dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata. Hal ini bisa diwujudkan melalui studi kasus, peristiwa aktual, atau isu sosial yang sedang hangat dibahas. Topik-topik seperti perubahan iklim, kesehatan masyarakat, atau literasi keuangan bisa dijadikan pijakan untuk membangun pemikiran kritis dan kreativitas peserta didik melalui diskusi eksploratif atau proyek kolaboratif.

Pemanfaatan sumber belajar digital seperti video interaktif, eksperimen virtual, hingga simulasi berbasis teknologi dapat memperkuat relevansi pembelajaran. Dengan cara ini, proses belajar tidak hanya menjadi pengalaman yang mendalam, tapi juga aplikatif dalam kehidupan nyata.

B. Mengidentifikasi Lintas Disiplin Ilmu yang Relevan

Integrasi lintas disiplin menjadi salah satu ciri khas dari pembelajaran mendalam. Proses ini diawali dengan memilih tema utama yang berpotensi dihubungkan dengan berbagai bidang ilmu. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi konsep-konsep dari disiplin ilmu yang berbeda untuk mendukung pemahaman holistik terhadap topik tersebut.

Guru dapat merancang pembelajaran yang menggabungkan beberapa perspektif ilmu, seperti melalui model STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics) atau pendekatan berbasis masalah (Problem-Based Learning). Ini memungkinkan murid melihat keterkaitan antar ilmu dalam menjawab persoalan dunia nyata.

Penggunaan metode kolaboratif, misalnya proyek kelompok lintas mata pelajaran, membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sistematis. Dengan memahami hubungan antar konsep lintas bidang, murid dapat menginternalisasi materi dengan cara yang lebih dalam dan relevan.

C. Menentukan Kerangka Pembelajaran Mendalam (Nasmik Pembelajaran Mendalam hal 35-36)

Agar pembelajaran mendalam berjalan efektif, guru perlu menentukan kerangka pembelajaran yang mencakup empat aspek utama: praktik pedagogis, kemitraan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pemanfaatan teknologi digital.

Pelatihan pedagogi

  1. Praktis Pedagogis: Guru memilih model pembelajaran yang mendorong eksplorasi dan pemecahan masalah, seperti pembelajaran proyek, pembelajaran inkuiri, atau problem-based learning. Strategi ini mendorong murid aktif membangun pemahaman melalui aktivitas nyata.
  2. Kemitraan Pembelajaran: Kolaborasi menjadi kunci pembelajaran bermakna. Guru bisa melibatkan orang tua, komunitas, praktisi industri, hingga akademisi lintas bidang dalam proses belajar. Bentuk kemitraan ini bisa berupa kunjungan lapangan, diskusi ahli, atau mentoring langsung.
  3. Lingkungan Pembelajaran: Ciptakan suasana belajar yang mendorong kolaborasi dan eksplorasi. Ini bisa berupa ruang fisik seperti kelas kreatif dan laboratorium, maupun ruang digital seperti forum diskusi daring atau platform pembelajaran berbasis LMS.
  4. Pemanfaatan Teknologi Digital: Integrasi teknologi menjadi bagian penting dalam pembelajaran mendalam. Gunakan e-learning, simulasi, augmented reality (AR), bahkan kecerdasan buatan (AI) untuk memperkuat akses, interaktivitas, serta personalisasi pembelajaran.

Dengan menetapkan kerangka ini secara tepat, guru dapat merancang proses pembelajaran yang tidak hanya menyenangkan dan menarik, tetapi juga bermakna, reflektif, dan kontekstual. Semua elemen tersebut saling terhubung untuk mewujudkan pendidikan yang mendalam, berpihak pada murid, dan menjawab tantangan zaman.

Pelatihan pedagogi

Kelas online


PENGALAMAN BELAJAR

A. Pengalaman Belajar yang Bermakna

Pembelajaran yang efektif tidak hanya soal mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk pengalaman belajar yang berkesadaranbermakna, dan menggembirakan (Nasmik Pembelajaran Mendalam hal 32-34). Tiga prinsip ini menjadi dasar dalam merancang proses pembelajaran yang memerdekakan dan menyentuh hati setiap murid.

1. Berkesadaran

Guru perlu merancang pembelajaran secara sadar dengan memperhatikan:

  • Kebutuhan dan potensi unik setiap murid
  • Latar belakang dan keberagaman mereka
  • Kondisi nyata di lingkungan belajar

Dengan cara ini, pembelajaran menjadi lebih inklusif dan relevan.

2. Bermakna

Materi pembelajaran harus dekat dengan kehidupan sehari-hari murid. Ketika siswa mampu mengaitkan pelajaran dengan pengalaman pribadi, mereka:

  • Lebih mudah memahami konsep
  • Termotivasi untuk belajar lebih lanjut
  • Membangun pemahaman yang lebih dalam, bukan sekadar hafalan

3. Menggembirakan

Belajar seharusnya menjadi proses yang membahagiakan. Suasana belajar yang menyenangkan akan mendorong rasa ingin tahu dan kreativitas siswa. Guru dapat menghadirkan keceriaan melalui:

  • Permainan edukatif
  • Eksperimen interaktif
  • Proyek kolaboratif

B. Tahapan Pengalaman Belajar yang Efektif

Untuk menghasilkan pembelajaran yang benar-benar mendalam, pengalaman belajar dikembangkan melalui tiga tahapan berkelanjutan: (Nasmik Pembelajaran Mendalam hal 32-34).

Tahap 1: Memahami

Murid menggali konsep melalui:

  • Pembelajaran teori
  • Diskusi aktif
  • Demonstrasi langsung

Tahap 2: Mengaplikasikan

Pengetahuan yang telah diperoleh digunakan dalam:

  • Penyelesaian tugas bermakna
  • Eksperimen nyata
  • Proyek berbasis kehidupan sehari-hari

Tahap 3: Merefleksi

Murid meninjau kembali proses belajar mereka, merenungkan:

  • Apa yang sudah dipelajari?
  • Apa tantangan yang dihadapi?
  • Bagaimana strategi perbaikan ke depan?

Tujuan Akhir: Murid tidak hanya memahami secara akademis, tetapi juga menginternalisasi nilai dan keterampilan untuk diterapkan dalam kehidupan nyata.

C. Implementasi Pembelajaran Mendalam (PM) (Pembelajaran Mendalam : 36-39)

Pembelajaran Mendalam bukan sekadar pendekatan, melainkan perjalanan belajar yang dirancang dengan strategi yang terstruktur:

1. Perencanaan

Guru menyusun pembelajaran dengan mempertimbangkan:

  • Karakteristik murid
  • Materi pelajaran yang kontekstual
  • Ketersediaan sumber daya
  • Kolaborasi dengan mitra belajar

2. Pelaksanaan

Proses belajar dijalankan berdasarkan prinsip:

  • Berkesadaran: mengenali kondisi murid
  • Bermakna: menyambungkan materi dengan dunia nyata
  • Menggembirakan: menghadirkan suasana aktif, positif, dan menarik

Metode yang digunakan mencakup: memahami, mengaplikasikan, dan merefleksi.

3. Asesmen

Evaluasi pembelajaran tidak hanya mengukur hafalan, tetapi menilai:

  • Kedalaman pemahaman konsep
  • Kemampuan berpikir kritis dan reflektif
  • Kesiapan menerapkan ilmu dalam kehidupan nyata

Pembelajaran mendalam menempatkan murid sebagai pusat proses belajar. Dengan pendekatan ini, mereka tidak hanya menjadi penerima pengetahuan, tetapi juga pencipta makna, yang siap menghadapi tantangan dunia nyata dengan keyakinan dan keterampilan.


ASESMEN PEMBELAJARAN (Nasmik Pembelajaran Mendalam : 40)

Asesmen merupakan bagian integral dari proses pembelajaran yang tidak hanya berfungsi untuk mengukur hasil belajar, tetapi juga menjadi alat reflektif dalam merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif. Dalam konteks pembelajaran yang berpusat pada murid, asesmen dilakukan secara berkelanjutan dan menyeluruh melalui tiga tahapan utama:

A. Asesmen pada Awal Pembelajaran

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan belajar murid, termasuk pemahaman awal, latar belakang pengetahuan, dan kebutuhan individual mereka. Informasi yang diperoleh dari asesmen awal sangat krusial untuk membantu guru:

  • Menyesuaikan pendekatan mengajar dengan karakteristik siswa
  • Merancang pembelajaran yang inklusif dan adaptif
  • Mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan

Metode yang dapat digunakan: pre-test, diskusi awal, kuesioner, survei minat, dan wawancara singkat.

B. Asesmen pada Proses Pembelajaran (Asesmen Formatif)

Asesmen formatif dilakukan secara berkala selama proses belajar berlangsung. Tujuannya adalah untuk:

  • Memantau perkembangan belajar murid
  • Memberikan umpan balik konstruktif secara real-time
  • Menyesuaikan strategi dan metode pembelajaran sesuai kebutuhan

Melalui asesmen ini, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal, interaktif, dan relevan.

Teknik yang umum digunakan: observasi, refleksi harian, diskusi kelompok, kuis singkat, jurnal belajar, serta pertanyaan terbuka untuk menggali pemahaman.

C. Asesmen pada Akhir Pembelajaran (Asesmen Sumatif)

Asesmen akhir bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana murid telah mencapai kompetensi yang ditargetkan. Lebih dari sekadar pengukuran nilai, asesmen ini juga menggambarkan kualitas pemahaman dan penerapan konsep yang telah dipelajari.

Asesmen sumatif tidak hanya berbasis tes, tetapi juga mengintegrasikan berbagai bentuk penilaian autentik yang menilai kemampuan berpikir kritis dan keterampilan abad 21.

Metode yang digunakan: ujian, portofolio karya, proyek nyata, presentasi, studi kasus, atau produk akhir yang relevan dengan dunia nyata.

Dengan pendekatan asesmen yang menyeluruh dan berkesinambungan, guru dapat membantu setiap murid tumbuh optimal sesuai potensi masing-masing, menciptakan iklim belajar yang sehat, reflektif, dan mendalam.

Klik di sini untuk mengunduh Contoh Perencanaan Pembelajaran Mendalam

Dengan perencanaan yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan, pembelajaran bukan lagi sekadar penyampaian materi, tetapi menjadi perjalanan tumbuh bersama antara guru dan murid dalam membangun masa depan yang lebih cerah.

Mari Bergabung dengan Komunitas Telegram dan Whatsapp Datadikdasmen

Sumber :

https://www.datadikdasmen.com/2025/06/rpm-pauddikdasmen.html

Sumber Tentang Deep Learning :

A.   Buku dan Artikel Tentang Deep Learning

  1. Pengenalan Deep Learning Dan Implementasinya
  2. Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam
  3. Dasar-dasar Deep Learning dan Contoh Aplikasinya
  4. Deep Learning dengan Pyton
  5. AI, Machine Learning & Deep Learning
  6. DEEP LEARNING
  7. Pengenalan Konsep Pembelajaran Mesin dan Deep Learning
  8. Deep Learning dan Penerapannya dalam Pembelajaran
  9. Contoh Modul Ajar Pembelajaran Deep Learning

10. Bagaimana Implementasi 3 Pilar Deep Learning Dalam Pembelajaran?

11. Konsep dan Implementasi Deep Learning Oleh Robert Randall

  1. Membangun Pola Pikir Deep Learning Guru Sekolah Dasar
  2. Contoh Modul Ajar Deep Learning
  3. Menyusun Modul Ajar Berbasis Deep Learning
  4. 49 Ide Deep Learning
  5. Bedah Buku Deep Learning v2
  6. Pembelajaran Mendalam-berinteraksi Dengan Dunia-Mengubah Dunia

18.  DIMENSI KEBERMAKNAAN DAN KEAKTIFAN DALAM ...  

  1.  Pembelajaran Mendalam Menuju Pendidikan Bermutu 

20. Konsep dan Implementasi Deep Learning Oleh Robert Randall

  1. Abbott, I., Townsend, A., Johnston-Wilder, S., & Reynolds, L. (2009). Literature review: Deep learning with technology in 14-to 19-year-old learners. Institute of Education, University of Warwick.
  1. Allen, I. E., & Seaman, J. (2013). Changing course: Ten years of tracking online education in the United States. Babson Survey Research Group.
  1. ATESL (2014). Mindful Learning: ATESL Adult ESL Curriculum Framework. Government of Alberta.
  1. Ausubel, David Paul. (1963). The Psychology of Verbal Learning. Grune and Stratton.
  1. Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP). (2024). Kajian Akademik Kurikulum Merdeka.
  1. Bangsawan, LT. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Citra Praya.
  1. Bates, T. (2015). Teaching in a digital age: Guidelines for designing teaching and learning. Tony Bates Associates Ltd.
  1. Beers, S. Z. (2011). 21st Century Skills: Rethinking How Students Learn. Technology and Engineering Teacher, 70(1), 28-33.
  1. Bentz, V. M. (1992). Pembelajaran Mendalam groups: Combining emotional and intellectual learning. Clinical Sociology Review, 10, 71–89.
  1. Biggs, J., & Tang, C. (2011). Teaching for quality learning at university (4th ed.). Open University Press.
  1. Bolstad, R., & Gilbert, J. (2012). Supporting future-oriented learning and teaching—a New Zealand perspective. Ministry of Education New Zealand.
  1. Bråten, O. M. H., & Skeie, G. (2020). Deep Learning’ in Studies of Religion and Worldviews in Norwegian Schools? The Implications of the National Curriculum Renewal in 2020. Religions, 11(11), 579.
  2. Costa, A. L., & Kallick, B. (2000). Habits of Mind: A Developmental Series. Association for Supervision and Curriculum Development.
  1. Darling-Hammond, L., & Bransford, J. (2005). Preparing Teachers for a Changing World: What Teachers Should Learn and Be Able to Do. Jossey-Bass.
  1. Darling-Hammond, L., & McLaughlin, M. W. (1995). Policies that support professional development in an era of reform. Phi Delta Kappan, 76(8), 597-604.
  1. Darling-Hammond, L., et al. (2009). Professional learning in the learning profession: A status report on teacher development in the United States and abroad. National Staff Development Council.
  1. Dzemidzic Kristiansen, S., Burner, T., Johnsen, B. H., & Yates, G. (2019). Face-to-face promotive interaction leading to successful cooperative learning: A review study. Cogent Education, 6(1), 1674067.
  1. Erikson, E. H. (1963). Childhood and society (2nd Ed.). Norton. Erikson, E.H. (1968). Identity, Youth and Crisis. W. W. Norton Company.
  1. Fullan, M. (2007). The New Meaning of Educational Change. Fourth Edition. Teachers College Press.
  1. Fullan, M. (2013). The New Pedagogy: Students and Teachers as Learning Partners. Educational Leadership, 70(6), 23-27.
  1. Fullan, M., & Langworthy, M. (2014). A rich seam: How new pedagogies find deep learning.Pearson.
  1. Fullan, M., Quinn, J., & McEachen, J. (2018). Deep Learning: Engage the world, change the world.SAGE
  1. Garrison, D. R., & Anderson, T. (2003). E-learning in the 21st century: A framework for research and practice. RoutledgeFalmer.
  1. Gillon, C. J., Lillicrap, T. P., Beaudoin, P., Bengio, Y., Bogacz, R., Christensen, A., & Kording, K. P. (2019). A Deep Learning framework for neuroscience. Nature Neuroscience, 22(11), 1761– 1770.
  1. Graham, C. R. (2006). Blended learning systems: Definition, current trends, and future directions.
  1. In C. J. Bonk & C. R. Graham (Eds.), The handbook of blended learning: Global perspectives, local designs. Pfeiffer Publishing.
  1. Hadjid. (2004). Ajaran K.H.A. Dahlan dengan 17 ayat-ayat al-Qur’an. PWM Jawa Tengah.
  1. Hassed, Craig & Chamber, Richard (2015). Mindfulness Learning. Amazon Publisher.
  1. Hattie, J. (2009). Visible Learning: A Synthesis of Over 800 Meta-Analyses Relating to Achievement. Routledge.
  1. Hattie, J. A., & Donoghue, G. M. (2016). Learning strategies: A synthesis and conceptual model.Science of Learning, 1(1), 1–13.
  1. Hermes, J., & Rimanoczy, I. (2018). Pembelajaran Mendalam for a sustainability mindset. The International Journal of Management Education, 16(3), 460–467.
  1. Hord, S. M. (2004). Learning together: Changing schools through professional learning communities. Teachers College Press.
  1. Hurlock, E. B. 2011. Psikologi Perkembangan. Edisi kelima. Erlangga.
  1. Joyce, B., & Showers, B. (2002). Student achievement through staff development. ASCD.
  1. Kohlberg, L. (1981). Essays on moral development. Vol. I: The philosophy of moral development. Harper & Row.
  1. Kohn, A. (2015). Progressive Education: Why it’s Hard to Beat, But Also Hard to Find. Bank Street College of Education. Diakses dari https://educate.bankstreet.edu/progressive/2.
  1. Kovač, V. B., Nome, D. Ø., Jensen, A. R., & Skreland, L. Lj. (2023). The why, what and how of Deep Learning: critical analysis and additional concerns. Education Inquiry, 1–17.
  1. Latifa, M., & Arifmiboy. (2023). Landasan Sosiologis Dalam Pengembangan Kurikulum Sebagai Persiapan Generasi yang Berbudaya Islam. ANTHOR: Education and Learning Journal, 2(5). 8.
  1. Nelson Laird, T. F., Shoup, R., Kuh, G. D., & Schwarz, M. J. (2008). The effects of discipline on deep approaches to student learning and college outcomes. Research in Higher Education, 49(6), 469-494.
  1. Levy, P. (2017). Designing the New Curriculum: A Framework for Pembelajaran Mendalam. Journal of Curriculum Studies, 49(5), 598-613.
  1. Madya, S. (2010). Pembentukan Karakter Mandiri Dalam Pendidikan RSBI Dalam Sistem Desentralistik. Makalah disajikan dalam Pelatihan Konsumsi Pangan Sehat Untuk Semua Bagi Guru RSBI, Yogyakarta, 9-11 Desember 2010.
  1. Marblestone, A. H., Wayne, G., & Kording, K. P. (2016). Toward an integration of Pembelajaran Mendalam and neuroscience. Frontiers in Computational Neuroscience, 10(94), 1–41.
  1. Maulidania, A., Junaedi, D., & Waluyo, T. (2023). Implementasi Landasan Sosiologis Dalam Pengembangan Kurikulum Dan Analisis Isu-Isu Krusial Kurikulum Di Era Globalisasi. Sintesa: Jurnal Ilmu Pendidikan, 18(2).
  1. Nuramini, A. (2023). Hambatan pengawas sekolah dalam implementasi Merdeka Belajar di wilayah pesisir. Prosiding SEMDIKJAR (Seminar Nasional Pendidikan dan Pembelajaran), Volume 6 Halaman 211-222.
  1. Norwegian Directorate for Education and Training. (2018). Video: Pembelajaran Mendalam. Diakses dari: https://www.udir.no/laring-og-trivsel/lareplanverket/stottemateriell-til-overordnet-del/film- dybdelaring/.
  1. Pembukaan UUD 1945 Alinea 1-4 dan Maknanya” selengkapnya https://www.detik.com/edu/ detikpedia/d-5804914/pembukaan-uud-1945-alinea-1-4-dan-maknanya
  1. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan.
  1. Peters, M. (2018). Pembelajaran Mendalam, education and the final stage of automation. Educational Philosophy and Theory, 50(6–7), 549–553.
  1. Piaget. (1972). Teori Perkembangan Kognitif Piaget, dalam Sujiono dkk 2008,Metode Pengembangan Kognitif. Universitas Terbuka.
  1. Piaget, J. (1952). The Origins of Intelligence in Children. International Universities Press.
  1. Prihatin, E. (2008). Guru Sebagai Fasilitator. Karsa Mandiri Persada.
  1. Quinn, J., McEachen, J., Fullan, M., Gardner, M., & Drummy, M. (2019). Dive into Deep Learning: Tools for engagement. Corwin Press.
  1. Resnick, L. B. (2017). Learning in the 21st Century: Toward a Cognitive Theory of Deep Learning. Educational Psychologist, 52(4), 221-232.
  1. Richards, B. A., Lillicrap, T. P., Beaudoin, P., Bengio, Y., Bogacz, R., Christensen, A., & Kording, K.P. E. A. (2019). A Deep Learning framework for neuroscience. Nature Neuroscience, 22(11), 1761–1770.
  1. Saavedra, A. R., & Opfer, V. D. (2012). Teaching and Learning 21st Century Skills: Lessons from the Learning Sciences. International Journal of Educational Research, 56, 1-12.
  1. Sabani, F. (2019). Perkembangan Anak - Anak Selama Masa Sekolah Dasar (6 - 7 Tahun)’, Didakta: Jurnal Kependidikan, 8(2), pp. 89–100.
  1. Salabi, A.S. (2020). Efektivitas Dalam Implementasi Kurikulum Sekolah. Education Achievement: Journal of Science and Research, Volume 1, Issue 1, November 2020.
  1. Santrock, J. W. (2019). Adolescence (Seventeen edition ed.). McGraw-Hill Education.
  1. Scott, C. L. (2015). The futures of learning 2: What kind of learning for the 21st century? Paris: UNESCO, Education Research and Foresight. [ERF Working Papers Series, No. 14].
  1. Siemens, G. (2005). Connectivism: A Learning Theory for the Digital Age. International Journal of Instructional Technology and Distance Learning, 2(1), 3-10.
  1. Smith, T. W., & Colby, S. A. (2007). Teaching for Deep Learning. The Clearing House: A. Journal of Educational Strategies, Issues and Ideas, 80(5), 205–210.
  1. Srivastava, S., Varshney, A., Katyal, S., Kaur, R., & Gaur, V. (2021). A smart learning assistance tool for inclusive education. Journal of Intelligent and Fuzzy Systems, volume 40, issue 6, pages 11981-11994.
  1. Tal, T., & Tsaushu, M. (2018). Student-centered introductory biology course: Evidence for Deep Learning. Journal of Biological Education, 52(4), 376–390.
  1. Tileston, D. W. (2004). What Every Teacher Should Know About Student Motivation. Corwin Publishing.
  1. UNESCO (2014). The Love of Education. Learning to Live together. UNESCO publication.
  1. Vygotsky, L. S. (1978): Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes. Harvard University Press.
  1. Wenger, E. (1998). Communities of practice: Learning, meaning, and identity. Cambridge University Press.
  1. Wiggins, G., & McTighe, J. (2005). Understanding by Design. 2nd Edition. ASCD.
  1. https://www.geocities.ws/mutadi/deep_learning/framework.html 

B.   Video Tentang Deep Learning

1.    10 MENIT PAHAM DEEP LEARNING

2.    Deep Learning oleh Prof Yuli Rahmawati Phd

3.    Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D.: Memahami Deep Learning-Eps.1

4.    Prof. Yuli Rahmawati.: Kerangka Kerja Deep Learning-Eps.2

5.    Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D.: PM dalam Taxonomi Solo dan Bloom-Eps.3

6.    Deep Learning Ada Sintaks?Eps.4

7.    Prof. Yuli Rahmawati: Deep Learning Berdiferensiasi?Eps.5

8.    Prof. Yuli Rahmawati, Ph.D.: Pengalaman Belajar dalam Deep Learning-Eps.6

9.    Prof. Yuli Rahmawati: Asesmen pada Deep Learning-Eps.7

10. RPP untuk Deep Learning eps 8

11. CONTOH PENERAPAN DEEP LEARNING

12. Penerapan Deep Learning dalam Pembelajaran Coding dan AI di SD

13. Sosialisasi Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 –  

MODEL PEMBELAJARAN

Model Pembelajaran Inovatif Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

VIDEO MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF 1 VIDEO MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF 2 MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBA...

Postingan Beranda