STEM, Pengertian dan Kaitannya Dengan Model-Model Pembelajaran
Pendidikan merupakan suatu proses
pendewasaan diri manusia untuk dapat mengembangkan
peradaban yang memudahkan hidupnya. Perkembangan pendekatan
dan model pembelajaran telah lama berkembang dan beragam sesuai dengan tuntutan
perkembangan pengetahuan dan kebutuhan keahlian pada saat ini. Berbagai Model
terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan keahlian Abad 21. Saat ini, STEM
dan berbagai model pembelajaran kontekstual digalakkan untuk digunakan dalam
pembelajaran, diantaranya inquiry based Learning, discovery learning, problem
based learning, project based learning, siklus 5 E, placed based learning dan
field based learning.
PENDAHULUAN
Pendidikan muncul sejak diciptakannya
manusia, karena manusia inilah yang menjadi obyek utama dari pendidikan dan
sekaligus juga sebagai subyek. Pendidikan merupakan sebuah proses
pemberdayaan manusia untuk membangun suatu peradaban untuk membentuk tatanan
masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Oleh karena itu manusia sangat membutuhkan
pendidikan untuk bisa berkembang dan mengembangkan kebudayaannya dengan baik.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan media utama untuk
meneruskan dan mengekalkan kebudayaan manusia. Namun fungsi pendidikan tidak
hanya sebatas meneruskan dan mengekalkan kebudayaan, tetapi lebih dari itu
pendidikan berupaya menyesuaikan dan mengembangkan kebudayaan baru secara
proporsional dan dinamis. Pendidikan menempati posisi yang sangat sentral dan
strategis dalam membangun kehidupan sosial dan memposisikan manusia dalam
kehidupan secara tepat (Chaeruddin B, 2013: 421).
Islam sebagai agama sempurna telah memberikan
landasan yang kuat tentang proses dan tujuan pendidikan. Dalam Qs. As-Syam:8 dan Adz-Zariyat:56, dijelaskan bahwa manusia sebagai hamba wajib
memberdayakan potensi dan fitrahnya kepada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.
Oleh karena itu pendidikan dalam Islam merupakan proses pembinaan potensi,
memperkaya nilai dan fitrah manusia sebagai hamba sekaligus khalifah untuk
kemaslahatan diri, memperkuat ikatan dalam masyarakat, dan lingkungannya (Saeedah Shah, 2006: 367).
Untuk mencapai tujuan pendidikan di atas,
diperlukan suatu proses yang baik. Dalam proses inilah berbagai pendekatan dan
metode diterapkan untuk memastikan pendidikan berjalan sebagai diharapkan
sehingga tepat menuju tujuan.
Pendekatan pembelajaran[1] adalah salah satu cara atau jalan yang sesuai
dan serasi yang digunakan untuk menyajikan atau menyampaikan sesuatu bahan ajar
agar tujuan tercapai secara efektif dan efisien (Ismail SM, 2008: 48). Berbagai pendekatan telah dikembangkan dan
digunakan dalam pembelajaran. Saat ini, pendekatan yang popular dan banyak
digunakan adalah Pendekatan STEM. Namun sebagaimana diketahui, sejak 15 abad
yang manusia telah menggunakan berbagai pendekatan dan model pembelajaran dalam
memahamkan pengetahuan dan melatih kecakapan. Telaah kepustakaan ini membahas
Pendekatan STEM dan alternatif model Pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pendekatan STEM. Diharapkan hasil telaah ini dapat memberi pengetahuan
tentang pendekatan STEM dan alternatif model pembelajaran pembelajaran menjadi
lebih efektif, efisien dan bermakna dalam kehidupan dan pekerjaan.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendekatan STEM (Science, Technology,
Engineering, Mathematics)
STEM adalah singkatan dari Science,
Technology, Engineering and Math. Beberapa kalangan ada yang menambahkan
disiplin Seni (Art) ke dalamnya, sehingga menjadi STEAM. STEM yang digagas oleh
Amerika Serikat ini merupakan pendekatan yang menggabungkan keempat disiplin
ilmu tersebut secara terpadu ke dalam metode pembelajaran berbasis masalah dan
kejadian kontekstual sehari-hari. Metode pembelajaran berbasis STEM menerapkan
pengetahuan dan keterampilan secara bersamaan untuk menyelesaikan suatu kasus.
Pendekatan ini dinyatakan sebagai pendekatan pembelajaran abad-21 dalam upaya
untuk menghasilkan sumber daya manusia dengan kognitif, psikomotor dan afektif
yang berkualitas. Di Amerika, STEM telah dibahas sejak tahun 1990-an dan
sampaikan sekarang masih terus dikembangkan.
Sebagaimana
dijabarkan oleh Torlakson (2014), definisi dari keempat aspek STEM adalah
Sains (science) memberikan pengetahuan kepada peserta didik mengenai
hukum-hukum dan konsep-konsep yang berlaku di alam; Teknologi (technology)
adalah keterampilan atau sebuah sistem yang digunakan dalam mengatur
masyarakat, organisasi, pengetahuan atau mendesain serta menggunakan sebuah
alat buatan yang dapat memudahkan pekerjaan; Teknik (engineering) adalah
pengetahuan untuk mengoperasikan atau mendesain sebuah prosedur untuk menyelesaikan
sebuah masalah; Matematika (math) adalah ilmu yang menghubungkan antara
besaran, angka pola, dan ruang yang hanya membutuhkan argumen logis tanpa atau
disertai dengan bukti empiris. Pengintegrasian keempat aspek STEM (Science,
Technology, Engineering and Math) dalam pembelajaran akan membantu peserta
didik menyelesaikan suatu masalah kontekstual dan konseptual secara jauh lebih
komprehensif dan bermakna. Lebih lanjut, Tsupros, Kohler, and Hallinen’s (2009)
mendefinisikan pendekatan STEM sebagai pendekatan interdisiplin ilmu dalam
pembelajaran yang mana berbagai konsep keilmuan digabungkan/dikaitkan dengan
kejadian dunia nyata saat siswa menerapkan sains, teknologi, tehnik, dan
matematika dalam konteks yang menghubungkan antara sekolah, komunitas, tempat
kerja dalam upaya meningkatkan kemampuan literasi STEM dan bersaing dalam bursa
ekonomi baru.
Untuk memahami lebih lanjut tentang STEM
berdasarkan disiplin ilmu yang menjadi sandaran STEM, NRC (2014) menjabarkan bahwa:
1. Sains adalah Kegiatan yang melibatkan pemahaman dan penerapan tentang
fenomena alam dan keadaan perilaku sosial menggunakan metodologi sistematis,
dan berdasarkan bukti melalui observasi dan eksperimen;
2. Teknik/rekayasa merupakan pengetahuan dan keterampilan untuk merancang dan
meng- kontruksi mesin, sistem, material dan proses yang bermanfaat bagi manusia
secara ekonomis dan ramah lingkungan;
3. Teknologi merupakan berbagai inovasi untuk memodifikasi alam agar memenuhi
kebutuhan dan keinginan manusia.
4. Matematika adalah segala sesuatu terkait pola-pola, hubungan-hubungan,
angka-angka, kuantitas, dan ruang serta menyediakan bahasa bagi teknologi,
teknik dan sains.
Dalam konteks pendidikan dasar dan menengah,
pendidikan STEM bertujuan mengembangkan peserta didik yang STEM literate (Bybee, 2013) dengan rincian sebagai berikut:
Pertama: memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan
untuk mengidentifikasi pertanyaan dan masalah dalam situasi kehidupannya,
menjelaskan fenomena alam, mendesain, serta menarik kesimpulan
berdasar bukti mengenai isu-isu terkait STEM.
Kedua: memahami karakteristik khusus disiplin STEM
sebagai bentukbentuk pengetahuan, penyelidikan, dan desain yang digagas
manusia.
Ketiga: memiliki kesadaran bagaimana
disiplin-disiplin STEM membentuk lingkungan material, intelektual dan kultural.
Keempat: memiliki keinginan untuk terlibat dalam
kajian isu-isu terkait STEM (misalnya efisiensi energi,
kualitas lingkungan, keterbatasan sumberdaya
alam) sebagai manusia yang konstruktif, peduli,
dan reflektif menggunakan gagasan- gagasan sains, teknologi,
rekayasa, dan matematika.
Penggunaan pendekatan STEM dalam pembelajaran
memberikan peluang bagi peserta didik bahwa konsep, prinsip, dan teknik dari
sains, teknologi, rekayasa, dan matematika digunakan secara terintegrasi dalam
pengembangan produk, proses, dan sistem serta terutama dapat mengarahkan
peserta didik dalam mencari solusi yang dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari mereka.
Dalam proses pembelajaran, STEM sebagai
pendekatan dapat saja kesemua unsur disiplin ilmu tidak hadir semua dan
lengkap. Dapat saja dalam suatu kegiatan pembelajaran, unsur yang hadir hanya 2
atau 3 unsur saja dan tidak ada ketentuan semua unsur wajib hadir.
2.
Model-Model Pembelajaran dalam STEM[2]
Dalam mengefektifkan dan memudahkan peserta didik
memahami dan menguasai keterampilan dari materi pembelajaran, berbagai model
pembelajaran dapat dipilih oleh guru. Berikut dibahas tentang berbagai model
pembelajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan Pendekatan STEM dalam
pembelajaran:
1) Discovery learning, menekankan pada penemuan konsep atau
prinsip yang sebelumnya tidak diketahui dengan fokus masalah yang direkayasa
oleh guru. Penerapan model pembelajaran Discovery
Learning menitikberatkan peran guru sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Oleh sebab itu,
bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta
membuat kesimpulan-kesimpulan. Dalam modul pelatihan Kurikulum 2013 dijelaskan
bahwa sintak discovery
learning terdiri atas 6 fase sebagai berikut:
a.
Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada
sesuatu yang menimbulkan penasaran atau kebingungan agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Guru juga dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu
siswa dalam mengeksplorasi bahan.
b.
Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Peserta didik diberi kesempatan untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran
berdasarkan hasil stimulasi, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
c.
Data collection (Pengumpulan Data).
Ketika eksplorasi berlangsung, peserta didik
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis. Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca
literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba
sendiri dan sebagainya.
d.
Data Processing (Pengolahan Data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah
data dan informasi yang telah diperoleh peserta didik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
e.
Verification (Pembuktian)
Tahap ini memberikan kesempatan peserta didik
untuk melakukan pemeriksaan secara cermat dalam membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan
hasil data processing. Pesertaa didik diberi kesempatan untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya.
f.
Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap ini adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan
hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi
2) Inquiry Learning, berfokus pada siswa menemukan masalah
sehingga harus mengerahkan seluruh pengetahuan dan keterampilan untuk
mendapatkan temuan dalam masalah tersebut melalui proses penelitian. Sanjaya
(2014) menyatakan bahwa langkah–langkah model pembelajaran Inquiry
learning sebagai berikut:
- Orientasi
Pada tahap ini guru dapat memberitahukan siswa mengenai: materi apa yang akan dipelajari; apa tujuan yang akan dicapai; mempersiapkan siswa untuk mulai menggunakan model pembelajaran inkuiri.
- Merumuskan
Masalah
Peserta didik diarahkan pada suatu masalah
yang memerlukan pemecahan. Masalah dapat disajikan dengan cara yang menarik
seperti demonstrasi unik ataupun dalam bentuk teka-teki sehingga siswa
tertantang untuk mencari tahu apa yang terjadi dan merumuskannya dalam suatu
pertanyaan ataupun pernyataan yang kelak harus dijawabnya sendiri.
- Merumuskan
hipotesis.
Peserta didik membuat suatu hipotesis atau
jawaban sementara dari masalah yang telah disaksikannya. Hipotesis belum tentu
benar sehingga doronglah anak-anak untuk tidak takut dalam mengemukakan
hipotesisnya. Guru juga dapat membantu siswa membuat hipotesis dengan
memberikan beberapa pertanyaan yang jawabannya mengarah pada hipotesis siswa.
- Mengumpulkan
data
Pada tahap ini siswa melakukan aktivitas
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang telah
dibuatnya. Dalam pembelajaran inquiry tahapan ini merupakan suatu proses yang
sangat penting untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa karena pada
tahap ini siswa dilatih untuk menggunakan seluruh potensi berfikir yang
dimilikinya.
- Menguji
hipotesis
Hipotesis yang telah dibuat kemudian diuji
dengan cara dibandingkan dengan data yang ada lalu kemudian ditunjukkan (melatih
kemampuan rasional siswa).
- Merumuskan
kesimpulan.
Pada langkah ini siswa dituntut untuk
mendeskripsikan temuan yang telah diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis, sehingga dapat mencapai kesimpulan yang akurat.
3) Model Problem Based Learning, merupakan pembelajaran yang menggunakan
berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok
serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan,
dan kontekstual. Pada Problem Based Learning (PBL), guru berperan
sebagai guide on the
side dari pada sage
on the stage. peserta didik menggunakan kemampuan berpikir tingkat
tinggi, terutama kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran ini .Hal ini
menegaskan pentingnya bantuan belajar pada tahap awal pembelajaran. Peserta
didik mengidentifikasi apa yang mereka ketahui maupun yang belum berdasarkan
informasi dari buku teks atau sumber informasi lainnya. Menurut Arend (2004),
sintak model Problem Based Learning adalah:
1. Orientasi peserta didik pada masalah;
2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar;
3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok;
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
6. Project Based Learning, menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran. Peserta didik
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas
secara nyata.
Dalam Modul Pelatihan Kurikulum 2013 bagi SMA
dan https://www.pblworks.org/what-is-pbl
menjelaskan bahwa:
1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start
With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan
esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam
melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia
nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalamdan topik yang diangkat
relevan untuk para peserta didik.
2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design
a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif
antara pengajar dan peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa
“memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main,
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung penyelesaian proyek.
3. Menyusun Jadwal (Create
a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif
menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini
antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat
deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara
yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress
of the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan
monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Proses
monitoring dapat dilakukan dengan menggunakan rubrik untuk merekam keseluruhan
aktivitas penting.
5. Menguji Hasil (Assess
the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar
dalam mengukur ketercapaian standar, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate
the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan
peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah
dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok.
Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan
pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik
mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses
pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk
menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
4) Learning cycle 5E
Bybee & Landes, 1990 menjelaskan bahwa
model learning cycle 5E
berorientasi pada pembelajaran kontruktivisme (constructivist approach) yang
memperhatikan pengalaman dan pengetahuan awal siswa serta bertujuan
meningkatkan pemahaman konsep siswa. Kondisi pembelajaran beranjak dari isu-isu
sains yang relevan dengan lingkungan siswa, memicu proses kritis pada diri
siswa serta memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan orang
lain agar siswa dapat membangun pengetahuannya secara utuh.
Model ini memiliki 5 sintak/tahap sebagai
berikut:
1. Engagement (engage/keterlibatan),
memusatkan perhatian siswa dan mengikutsertakan siswa ke dalam sebuah konsep
baru dengan cara memberikan pertanyaan motivasi, memberikan gambaran
tentang materi yang akan dipelajari, demonstrasi, atau aktivitas lain yang
digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingintahuan
siswa. Pengetahuan awal siswa digali untuk mengetahui tingkat
pengetahuan dan pikiran siswa mengenai konsep yang akan dipelajari. Hal
terpenting dalam fase ini adalah guru menghindari mendefinisikan dan
membuat penjelasan tentang konsep yang akan dibahas.
2. Exploration (eksplore/penjelajahan),
diwujudkan dalam kegiatan laboratorium (praktikum)/kerja lapangan dan diskusi
yang dilakukan secara berkelompok. Siswa diajak terlibat secara langsung pada
fenomena atau situasi yang mereka selidiki dan merancang dan melakukan
eksperimen atau praktikum, melakukan pengujian hipotesis, serta melakukan
pengumpulan data/informasi untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.
Siswa dilibatkan secara fisik dan mental. Sebagai hasil keterlibatan mental dan
fisik mereka dalam kegiatan tersebut, para siswa akan mampu membentuk hubungan,
mengamati pola, mengidentifikasi variabel, dan bertanya. Guru berperan sebagai
fasilitator atau pemandu yang mengarahkan siswa agar mampu mengeksplorasi dan
menemukan jawaban atas pertanyaan yang diberikan.
3. Explanation (explain/menjelaskan),
siswa diberikan kesempatan untuk menunjukkan pemahaman tentang konsep atau
teori yang telah diketahui, keterampilan proses, atau perilaku. Siswa melakukan
diskusi kelompok untuk menganalisis data/informasi yang dikumpulkan dari
kegiatan pada fase sebelumnya. Guru membimbing siswa untuk menyampaikan hasil
kegiatan yang telah mereka lakukan dengan menggunakan ide dan kata-kata mereka
sendiri, sehingga diharapkan pemahaman konsep muncul dari pengalaman mereka
setelah melakukan kegiatan. Tujuan tahap ini adalah untuk memperbaiki
kesalahan dalam temuan siswa sebelum tahap berikutnya.
4. Elaboration (elaborate/elaborasi)
merupakan fase yang dapat dianggap sebagai perpanjangan langkah penelitian
karena adanya masalah suplemen (penguat). Fase ini memfasilitasi siswa untuk
dapat menerapkan konsep yang telah mereka peroleh berdasarkan kegiatan yang
telah mereka lakukan ke dalam situasi atau masalah yang baru. Masalah baru
tersebut memiliki penyelesaian yang identik atau mirip dengan apa yang dibahas
sebelumnya. Siswa menggunakan konsep yang baru dipelajari dalam situasi berbeda
atau mengulangi beberapa kali aplikasi yang berhubungan dengan konsep yang
dipelajari agar menjadi masukan ke dalam memori jangka panjangnya dan menjadi
permanen. Selama fase elaborasi, siswa dapat dilibatkan kembali dalam kegiatan
diskusi dan pencarian informasi. Siswa mengidentifikasi masalah dan
mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan yang
diberikan melalui diskusi.
5. Evaluation (evaluate/menilai)
merupakan fase saat guru mencari tahu kualitas dan kuantitas ketercapaian
pemahaman siswa terhadap topik yang telah mereka pelajari. Guru
mengajukan pertanyaan dan membuat siswa merespon secara lisan atau
tulisan. Selain itu, siswa diminta untuk mengaitkan apa yang telah mereka
pelajari dengan situasi di kehidupan nyata. Evaluasi informal
dapat terjadi pada awal dan seluruh urutan model siklus belajar 5E. Guru juga
dapat menyelesaikan evaluasi formal setelah fase elaborasi. Evaluasi bisa
dilakukan secara formatif maupun sumatif dan berfokus pada kemampuan siswa
menggunakan informasi yang telah mereka peroleh selama kegiatan pembelajaran.
5) Field Based Learning
Behrend dan Franklin (2014) menjelaskan bahwa
ada serangkaian kegiatan yang harus dipersiapkan dalam pembelajaran model field based leaning,
yaitu:
1. Prepare Sudents/persiapan siswa: guru mempersiapkan bahan (masalah/topik
dan tujuan kegiatan) dan siswa membaca sejumlah bahan bacaan sebelum
kegiatan dilaksanakan. Dan juga menjelaskan aturan dan perilaku yang harus
dilaksanakan atau dijaga siswa selama di lapangan.
2. Engage/pertanyaan: siswa bertanya dan mencari tahu tentang masalah atau
topik. siswa juga harus mampu mengambil tindakan/menyusun pertanyaan lain yang
tepat jika lokasi dan topik yang ingin diketahui sulit di dapat.
3. Menyediakan waktu untuk berdiskusi tenatng temuan dan pengalaman selama
mencari jawaban
4. Mengolah data dan mengaitkan dengan rujukan: diharapkan siswa menemukan
jawaban atau konsep sesuai rujukan , jika tidak maka ada penjelasan mengapa
tidak.
5. Asesmen pengalaman di lokasi/lapangan dan konfimasi hasil: evalusi terhadap
pengalaman di lokasi dan penyampaian hasil yang diharapkan sehingga siswa dpt
membandingkan hasil yang didapat dengan hasil yang diharapkan.
3.
Manfaat Metode
Pembelajaran STEM
a.
Meningkatkan Skill
Metode STEM
melibatkan siswa dalam pemecahan masalah, analisis, kerjasama kelompok, dan
diskusi. Hal ini membantu meningkatkan keterampilan kritis, pemecahan masalah,
kerja tim, dan komunikasi yang penting dalam dunia profesional.
b.
Memotivasi Anak
Metode STEM
menawarkan pengalaman belajar yang menarik dan relevan bagi anak-anak. Dengan
menghubungkan pembelajaran dengan konteks dunia nyata dan memberikan kesempatan
untuk menciptakan, bereksplorasi, dan menemukan solusi. Metode ini dapat
memotivasi anak-anak untuk belajar dan mengembangkan minat mereka dalam bidang
STEM.
c.
Evaluasi Diri
Metode STEM
memberikan manfaat bagi pembelajaran dan kemampuan guru untuk mengevaluasi
progres siswa. Melalui tugas-tugas berbasis proyek atau penyelesaian masalah,
siswa dapat secara langsung melihat kemajuan mereka sendiri, memperoleh umpan
balik, dan meningkatkan keterampilan serta pemahaman mereka.
d.
Pembelajaran Yang Menyenangkan
Dengan
menggabungkan aspek seni dalam metode STEM, seperti pembuatan model atau desain
kreatif, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan menarik bagi siswa. Hal
ini membantu menciptakan suasana belajar yang positif, meningkatkan keterlibatan
siswa, dan mendorong kreativitas dalam pemecahan masalah STEM.
e.
5 Pilar Penting
Metode STEM
mencakup kolaborasi, pembentukan karakter, komunikasi, berpikir kritis, dan
kreativitas sebagai 5 pilar penting dalam pembelajaran. Kolaborasi dalam tim memperkuat
keterampilan sosial dan kerja tim, pembentukan karakter melibatkan nilai-nilai
etika dan tanggung jawab, komunikasi penting dalam berbagi ide dan pemecahan
masalah, berpikir kritis diperlukan untuk menganalisis dan mengevaluasi
informasi, dan kreativitas diperlukan untuk menghasilkan solusi inovatif dalam
STEM.
4. Metode Pengajaran STEM
di Global Sevilla: Menumbuhkan
Kreativitas dan Inovasi Anak
Di Global
Sevilla, metode pembelajaran STEM yang diajarkan kepada siswa mencakup beberapa
indikator utama, yaitu sains, teknologi, engineering, dan matematika.
Pada aspek
sains, siswa mempelajari tentang penyelidikan, penelitian, dan pengukuran untuk
memahami fenomena alam dan menjawab pertanyaan ilmiah. Teknologi melibatkan
keterampilan dalam mengembangkan dan menggunakan teknologi baru untuk
memudahkan praktik pembelajaran. Engineering berfokus pada desain, aplikasi,
dan reproduksi karya dalam mempercepat dan mempermudah aktivitas belajar.
Matematika menghubungkan besaran, ruang, dan angka dengan argumentasi logis,
dan siswa menggunakan keterampilan analisis, pemecahan masalah, komunikasi
efektif, dan interpretasi solusi berdasarkan perhitungan dan data matematis.
Dengan
mengintegrasikan empat indikator ini dalam metode pembelajaran STEM, Global
Sevilla memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kritis,
pemecahan masalah, kolaborasi, dan pemahaman konsep yang mendalam dalam konteks
dunia nyata. Melalui pendekatan yang berpusat pada siswa, siswa didorong untuk
berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, serta menerapkan pengetahuan dan
keterampilan STEM dalam situasi kehidupan sehari-hari.
KESIMPULAN
Pendidikan
merupakan suatu proses untuk mencerdaskan manusia melalui interaksi terus
menerus antara pendidik dan muridnya dengan menggunakan berbagai pendekatan dan
model agar pembelajaran yang ingin disampaikan dapat dipahami dan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan. Pada saat ini, Pendekatan STEM dan model
pembelajaran yang berbasis konteks dan lingkungan sekitar menjadi pilihan dalam
upaya meningkatkan sumber daya manusia. Tuntutan pengetahuan, keterampilan,
sikap dan dunia kerja abad 21 mengharuskan pendidikan berkembang dan
pembelajaran harus bermakna. Berbagai Pendekatan dan model akan terus
dikembangkan sesuai kebutuhan dan untuk memastikan pembelajaran telah sesuai
tujuan. Salah satu tanda pembelajaran telah terjadi adalah apabila terdapat
perubahan di kalangan pelajar.
Sumber :
ü STEM dan Model-Model Pembelajaran – BPMP Aceh (kemdikbud.go.id)
ü A Blueprint for STEM in California
Public Education
[1] Artikel tentang “Pendekatan
Pembelajaran” silakan klik link di bawah ini :
ü
Learning
Approaches | SkillsYouNeed
ü
How to teach? - CASE (case-ka.eu)
ü
Educational
Approaches. Educational approaches are methods and… | by Peter | Medium
ü
Approaches to
Learning | ECLKC (hhs.gov)
ü
Approaches to
Learning and Studying | SpringerLink
ü
What is the
meaning of learning approach? | 5 Answers from Research papers (typeset.io)
ü
PERTEMUAN 6
PENDEKATAN PEMBELAJARAN.pdf (kemdikbud.go.id)
ü
Pendekatan
Pembelajaran: Mengoptimalkan Proses Belajar-Mengajar - E-ujian.id
ü
Explain the learning based approach in
detail. - Brainly.in
ü
Pendekatan
Pembelajaran: Jenis-jenis Hingga Kelebihannya! (gramedia.com)
ü
Pendekatan
Pembelajaran: Pengertian, Jenis, dan Penerapan – Blog UI An Nur Lampung
(an-nur.ac.id)
ü
Pengertian_Pendekatan,_strategi,_metode,_teknik,_taktik_dan.pdf
(upi.edu)
ü
Pendekatan
Pembelajaran: Pengertian, Macam dan Contoh - Deepublish Store
ü
Pendekatan ,
Model Dan Strategi, , dalam Model Pembelajaran
[2] Beberapa artikel
tentang “Jenis Metode Pembelajaran STEM” klik Link di bawah ini :
ü
Effective Teaching
Methods for STEM Education. | by re:learn by CcHUB | Medium
ü
instructional-methods-in-stem-education-a-cross-contextual-study-5484.pdf
(ejmste.com)
ü
How to
effectively teach STEM subjects in the classroom - FutureLearn
ü
10 Innovative
Ways to Teach STEM (labster.com)
ü
Different kinds
of STEM education initiatives - Department of Education, Australian Government
ü
STEM Education
Teaching and Learning | NSTA
ü
STEM Learning and
its Barrier in Schools : The Case of Biology Teachers in Malang City
ü
How STEM
Education Improves Student Learning (arduino.cc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar