Pendekatan Pembelajaran Deep
Learning
Sintaks pembelajaran dalam deep learning mengacu pada tahapan-tahapan yang terstruktur dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai pemahaman mendalam dan bermakna. Pendekatan ini menekankan pada tiga elemen utama: Mindful Learning (Pembelajaran Sadar), Meaningful Learning (Pembelajaran Bermakna), dan Joyful Learning (Pembelajaran Menyenangkan).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mendalam Paud, SD, SMP, SMA, SMK
Implementasi Pembelajaran Mendalam mencakup
berbagai strategi yang berdampak pada aspek penting dalam pendidikan seperti
kurikulum, proses pembelajaran, asesmen, ekosistem sekolah, serta peran guru,
kepala sekolah, dan pengawas. Strategi ini juga mencakup manajemen dan sistem
pengawasan yang mendukung transformasi pembelajaran.
Buku pelajaran SMP
Buku pelajaran SMA
PM
tidak hanya diterapkan pada satu jenjang pendidikan saja, namun diterapkan
secara menyeluruh mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan
dasar, hingga pendidikan menengah. Pada tahap awal, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah memprioritaskan implementasi PM pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah, dengan harapan dapat mewujudkan
pendidikan yang lebih bermakna dan kontekstual bagi seluruh peserta didik
Indonesia.
Karakteristik
Kurikulum dalam Implementasi PM (Nasmik
Pembelajaran Mendalam hal 39-40)
- Dinamis,
Fleksibel, dan Responsif - Kurikulum
bersifat dinamis dan dapat diperbarui mengikuti perkembangan teknologi,
budaya, dan kebutuhan masyarakat. Fleksibilitas kurikulum memungkinkan
sekolah menyesuaikan pembelajaran dengan konteks lokal tanpa kehilangan
relevansi global.
- Berpusat
pada Peserta Didik - Kurikulum memberikan ruang personalisasi,
menyesuaikan dengan minat, motivasi, dan gaya belajar peserta didik.
Dengan demikian, murid diberi kesempatan menjadi agen aktif dalam proses
belajar mereka sendiri, mendukung pertumbuhan potensi individu secara
optimal.
- Pembelajaran
Terpadu - Kurikulum mendorong pembelajaran
lintas disiplin secara multidisipliner dan antardisiplin. Pembelajaran
tidak terkotak-kotak per mata pelajaran, melainkan terhubung dan bermakna
dalam kehidupan nyata.
- Relevan dan Peduli terhadap Kehidupan Masyarakat - Kurikulum menekankan isu nyata dalam kehidupan seperti sosial, politik, kesehatan, energi, dan lingkungan. Pembelajaran mendorong murid untuk menjadi kontributor aktif di masyarakat, melalui proyek yang membangun kesadaran dan kepedulian.
- Pengembangan
Keterampilan Tingkat Tinggi - Kurikulum
diarahkan untuk menumbuhkan kreativitas, kolaborasi, berpikir kritis, dan
kemampuan memecahkan masalah. Oleh karena itu, pendekatannya mencakup
proyek, penelitian, dan pengalaman langsung.
- Pemanfaatan
Teknologi Digital - Interaksi dalam pembelajaran diperkuat
dengan teknologi digital. Murid, guru, dan mitra pembelajaran saling
terhubung melalui platform daring maupun luring seperti perpustakaan
digital, jaringan WAN, LAN, hingga pembelajaran semi online. Teknologi
juga menjangkau daerah terpencil melalui metode yang relevan.
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
MENDALAM
1. Identifikasi
- Mengidentifikasi
kesiapan peserta didik
- Memahami
karakteristik materi pelajaran
- Menentukan
dimensi profil Lulusan
2. Desain Pembelajaran
- Menentukan
tujuan pembelajaran
- Menentukan
topik pembelajaran yang kontekstual dan relevan
- Mengintegrasikan
lintas disiplin ilmu yang relevan dengan topik
- Menentukan
kerangka pembelajaran
3. Pengalaman Belajar
- Merancang
pembelajaran dengan prinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan
- Merancang
tahapan pembelajaran dengan langkah-langkah kegiatan awal, inti dan
penutup.
- Mendeskripsikan
pengalaman belajar memahami, mengaplikasi, dan merefleksi
4. Asesmen
- Asesmen
pada awal pembelajaran
- Asesmen
pada proses pembelajaran
- Asesmen pada akhir pembelajaran
IDENTIFIKASI
A. Mengidentifikasi
Kesiapan Murid
- Analisis
Pengetahuan Awal - Guru dapat menggunakan pre-test,
diskusi awal, atau pertanyaan pemantik untuk mengetahui pemahaman awal
murid terhadap konsep yang akan dipelajari. Hasil dari kegiatan ini
digunakan untuk mengidentifikasi kesenjangan pemahaman yang bisa menjadi
hambatan dalam proses pembelajaran.
- Observasi
dan Refleksi - Guru mengamati bagaimana murid
merespon pertanyaan terbuka, tantangan berpikir kritis, atau tugas
eksploratif. Perhatian khusus diberikan pada tingkat keterlibatan, rasa
ingin tahu, dan kemampuan murid mengaitkan konsep baru dengan pengalaman
sebelumnya.
- Inventarisasi
Gaya Belajar dan Minat - Melalui
angket atau wawancara singkat, guru dapat mengidentifikasi gaya belajar
dan minat murid. Informasi ini digunakan untuk menyesuaikan strategi
pembelajaran agar lebih relevan dan menarik.
- Analisis
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) - Murid
diberi tugas pemecahan masalah atau proyek kecil untuk menilai kemampuan
mereka dalam mengambil keputusan. Guru dapat mengidentifikasi siapa yang
membutuhkan pendampingan lebih lanjut.
- Konteks
Sosial dan Emosional - Guru harus
memperhatikan faktor-faktor sosial dan emosional, seperti rasa percaya
diri dan motivasi murid, yang dapat mempengaruhi kesiapan mereka dalam
belajar. Strategi diferensiasi digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan
individu atau kelompok.
Dengan
mengidentifikasi kesiapan murid secara menyeluruh, guru dapat merancang
pembelajaran yang lebih efektif, bermakna, berkesadaran, dan menggembirakan,
sesuai dengan potensi setiap peserta didik.
B. Mengidentifikasi
Karakteristik Mata Pelajaran
Untuk memastikan
pembelajaran yang mendalam, guru harus mengidentifikasi karakteristik mata
pelajaran agar tidak hanya berorientasi pada pemahaman konseptual, tetapi juga
relevan dengan kehidupan nyata. Pembelajaran yang dirancang harus mendorong
pengembangan 6C:
Character, Citizenship, Collaboration, Communication, Creativity,
dan Critical Thinking, sesuai dengan 8 Dimensi Profil Lulusan.
Guru perlu menganalisis kompetensi esensial dan memastikan bahwa tujuan
pembelajaran tidak sekadar berfokus pada hafalan, tetapi mendorong eksplorasi
konsep-konsep penting.
Upaya
lain adalah mengaitkan setiap pelajaran dengan konteks kehidupan nyata, seperti:
- Menghubungkan pelajaran IPA
dengan isu lingkungan.
- Mengaitkan pelajaran Ekonomi
dengan tren bisnis digital.
Strategi yang digunakan
juga perlu bersifat eksploratif dan reflektif, misalnya menggunakan pembelajaran
berbasis proyek atau pembelajaran berbasis pertanyaan.
Guru dapat mendorong murid untuk:
- Merancang proyek,
- Melakukan penelitian, atau
- Menyelesaikan tantangan berbasis
data yang kontekstual.
C.
Menentukan Dimensi Profil Lulusan
Penentuan dimensi profil
lulusan dalam pembelajaran harus dilakukan secara strategis agar sesuai dengan
prinsip pembelajaran mendalam: bermakna, berkesadaran, dan
menggembirakan (Nasmik
Pembelajaran Mendalam hal 30). Guru perlu memilih dimensi profil lulusan
yang relevan dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik mata pelajaran yang
diajarkan.
Langkah
pertama adalah mengidentifikasi keterkaitan materi dengan profil lulusan (Permendikdasmen
No.10 tahun 2025, pasal 4), misalnya:
- Keimanan dan Ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa : Memiliki
keyakinan yang kuat dan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan
sehari-hari.
- Kewargaan : Memiliki rasa cinta tanah air,
bertanggung jawab sebagai warga negara, dan berkontribusi positif bagi
masyarakat.
- Penalaran Kritis : Mampu berpikir logis, analitis,
dan mampu memecahkan masalah dengan cara yang sistematis.
- Kreativitas : Mampu berpikir inovatif,
menghasilkan ide-ide baru, dan mampu menciptakan solusi yang unik.
- Kolaborasi : Mampu bekerja sama dengan orang
lain, menghargai perbedaan, dan mencapai tujuan bersama.
- Kemandirian : Mampu belajar secara mandiri,
bertanggung jawab atas tindakan sendiri, dan mengambil inisiatif.
- Kesehatan : Menjaga kesehatan fisik dan
mental, serta memiliki gaya hidup yang seimbang.
- Komunikasi : Mampu berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tulisan, serta mampu menyampaikan ide dan gagasan dengan jelas.
Baca penjelasan : 8
Dimensi Profil Lulusan
Selanjutnya,
guru dapat menggunakan pendekatan berbasis pemahaman, aplikasi, dan refleksi,
seperti:
- Studi kasus untuk memahami konsep,
- Proyek berbasis tim untuk
penerapan pengetahuan,
- Jurnal refleksi atau diskusi untuk
mengevaluasi proses belajar.
Yang terakhir, guru merancang asesmen autentik yang mengukur perkembangan murid secara menyeluruh, baik dari sisi akademik maupun karakter. Metodenya dapat berupa portofolio, wawancara, atau observasi. Dengan strategi ini, pembelajaran tidak hanya memperkaya wawasan, tapi juga menumbuhkan keterampilan dan sikap esensial yang relevan dalam kehidupan nyata.
DESAIN PEMBELAJARAN
MENDALAM
A. Menentukan Topik
Pembelajaran yang Kontekstual dan Relevan
Langkah awal dalam merancang
pembelajaran yang bermakna adalah dengan memilih topik yang kontekstual dan
relevan. Guru perlu memahami kebutuhan, minat, latar belakang, serta tingkat
penguasaan materi dari peserta didik. Pemahaman ini akan memandu guru dalam
mengidentifikasi topik yang tidak hanya sesuai kurikulum, tetapi juga dekat
dengan pengalaman sehari-hari murid.
Agar pembelajaran lebih hidup dan bermakna, topik sebaiknya dikaitkan dengan
konteks kehidupan nyata. Hal ini bisa diwujudkan melalui studi kasus, peristiwa
aktual, atau isu sosial yang sedang hangat dibahas. Topik-topik seperti
perubahan iklim, kesehatan masyarakat, atau literasi keuangan bisa dijadikan
pijakan untuk membangun pemikiran kritis dan kreativitas peserta didik melalui
diskusi eksploratif atau proyek kolaboratif.
Pemanfaatan
sumber belajar digital seperti video interaktif, eksperimen virtual, hingga
simulasi berbasis teknologi dapat memperkuat relevansi pembelajaran. Dengan cara
ini, proses belajar tidak hanya menjadi pengalaman yang mendalam, tapi juga
aplikatif dalam kehidupan nyata.
B.
Mengidentifikasi Lintas Disiplin Ilmu yang Relevan
Integrasi lintas disiplin
menjadi salah satu ciri khas dari pembelajaran mendalam. Proses ini diawali
dengan memilih tema utama yang berpotensi dihubungkan dengan berbagai bidang
ilmu. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi konsep-konsep dari disiplin
ilmu yang berbeda untuk mendukung pemahaman holistik terhadap topik tersebut.
Guru dapat merancang pembelajaran yang menggabungkan beberapa perspektif ilmu,
seperti melalui model STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts,
Mathematics) atau pendekatan berbasis masalah (Problem-Based Learning). Ini
memungkinkan murid melihat keterkaitan antar ilmu dalam menjawab persoalan
dunia nyata.
Penggunaan
metode kolaboratif, misalnya proyek kelompok lintas mata pelajaran, membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sistematis. Dengan
memahami hubungan antar konsep lintas bidang, murid dapat menginternalisasi
materi dengan cara yang lebih dalam dan relevan.
C. Menentukan Kerangka
Pembelajaran Mendalam
Agar pembelajaran mendalam
berjalan efektif, guru perlu menentukan kerangka pembelajaran yang mencakup empat
aspek utama: praktik pedagogis, kemitraan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pemanfaatan teknologi digital.
Pelatihan pedagogi
- Praktis
Pedagogis: Guru memilih model pembelajaran yang
mendorong eksplorasi dan pemecahan masalah, seperti pembelajaran proyek,
pembelajaran inkuiri, atau problem-based learning. Strategi ini mendorong
murid aktif membangun pemahaman melalui aktivitas nyata.
- Kemitraan
Pembelajaran: Kolaborasi menjadi kunci
pembelajaran bermakna. Guru bisa melibatkan orang tua, komunitas, praktisi
industri, hingga akademisi lintas bidang dalam proses belajar. Bentuk
kemitraan ini bisa berupa kunjungan lapangan, diskusi ahli, atau mentoring
langsung.
- Lingkungan
Pembelajaran: Ciptakan suasana belajar yang
mendorong kolaborasi dan eksplorasi. Ini bisa berupa ruang fisik seperti
kelas kreatif dan laboratorium, maupun ruang digital seperti forum diskusi
daring atau platform pembelajaran berbasis LMS.
- Pemanfaatan
Teknologi Digital: Integrasi teknologi menjadi bagian
penting dalam pembelajaran mendalam. Gunakan e-learning, simulasi,
augmented reality (AR), bahkan kecerdasan buatan (AI) untuk memperkuat
akses, interaktivitas, serta personalisasi pembelajaran.
Dengan
menetapkan kerangka ini secara tepat, guru dapat merancang proses pembelajaran
yang tidak hanya menyenangkan dan menarik, tetapi juga bermakna, reflektif, dan
kontekstual. Semua elemen tersebut saling terhubung untuk mewujudkan pendidikan
yang mendalam, berpihak pada murid, dan menjawab tantangan zaman.
Pelatihan pedagogi
Kelas online
PENGALAMAN BELAJAR
A. Pengalaman Belajar yang
Bermakna
Pembelajaran yang efektif
tidak hanya soal mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk pengalaman
belajar yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan
(Nasmik
Pembelajaran Mendalam hal 32-34). Tiga prinsip ini menjadi dasar dalam
merancang proses pembelajaran yang memerdekakan dan menyentuh hati setiap murid.
1. Berkesadaran
Guru perlu merancang
pembelajaran secara sadar dengan memperhatikan:
- Kebutuhan dan potensi unik setiap
murid
- Latar belakang dan keberagaman
mereka
- Kondisi nyata di lingkungan
belajar
Dengan
cara ini, pembelajaran menjadi lebih inklusif dan relevan.
2. Bermakna
Materi pembelajaran harus
dekat dengan kehidupan sehari-hari murid. Ketika siswa mampu mengaitkan
pelajaran dengan pengalaman pribadi, mereka:
- Lebih mudah memahami konsep
- Termotivasi untuk belajar lebih
lanjut
- Membangun pemahaman yang lebih
dalam, bukan sekadar hafalan
3. Menggembirakan
Belajar seharusnya menjadi
proses yang membahagiakan. Suasana belajar yang menyenangkan akan mendorong
rasa ingin tahu dan kreativitas siswa. Guru dapat menghadirkan keceriaan
melalui:
- Permainan edukatif
- Eksperimen interaktif
- Proyek kolaboratif
B. Tahapan
Pengalaman Belajar yang Efektif
Untuk menghasilkan
pembelajaran yang benar-benar mendalam, pengalaman belajar dikembangkan
melalui tiga tahapan berkelanjutan:
Tahap 1: Memahami
Murid menggali konsep
melalui:
- Pembelajaran teori
- Diskusi aktif
- Demonstrasi langsung
Tahap 2: Mengaplikasikan
Pengetahuan yang telah
diperoleh digunakan dalam:
- Penyelesaian tugas bermakna
- Eksperimen nyata
- Proyek berbasis kehidupan
sehari-hari
Tahap 3: Merefleksi
Murid meninjau kembali
proses belajar mereka, merenungkan:
- Apa yang sudah dipelajari?
- Apa tantangan yang dihadapi?
- Bagaimana strategi perbaikan ke
depan?
Tujuan Akhir:
Murid tidak hanya memahami secara akademis, tetapi juga menginternalisasi nilai
dan keterampilan untuk diterapkan dalam kehidupan nyata.
C.
Implementasi Pembelajaran Mendalam (PM)
Pembelajaran Mendalam
bukan sekadar pendekatan, melainkan perjalanan belajar yang
dirancang dengan strategi yang terstruktur:
1. Perencanaan
Guru menyusun pembelajaran
dengan mempertimbangkan:
- Karakteristik murid
- Materi pelajaran yang kontekstual
- Ketersediaan sumber daya
- Kolaborasi dengan mitra belajar
2. Pelaksanaan
Proses belajar dijalankan
berdasarkan prinsip:
- Berkesadaran:
mengenali kondisi murid
- Bermakna:
menyambungkan materi dengan dunia nyata
- Menggembirakan:
menghadirkan suasana aktif, positif, dan menarik
Metode
yang digunakan mencakup: memahami, mengaplikasikan, dan merefleksi.
3. Asesmen
Evaluasi pembelajaran
tidak hanya mengukur hafalan, tetapi menilai:
- Kedalaman pemahaman konsep
- Kemampuan berpikir kritis dan
reflektif
- Kesiapan menerapkan ilmu dalam
kehidupan nyata
Pembelajaran
mendalam menempatkan murid sebagai pusat proses belajar. Dengan pendekatan ini,
mereka tidak hanya menjadi penerima pengetahuan, tetapi juga pencipta
makna, yang siap menghadapi tantangan dunia nyata dengan keyakinan dan
keterampilan.
ASESMEN PEMBELAJARAN
Asesmen merupakan bagian
integral dari proses pembelajaran yang tidak hanya berfungsi untuk mengukur
hasil belajar, tetapi juga menjadi alat reflektif dalam merancang strategi
pembelajaran yang lebih efektif. Dalam konteks pembelajaran yang berpusat pada
murid, asesmen dilakukan secara berkelanjutan dan menyeluruh melalui tiga
tahapan utama:
A.
Asesmen pada Awal Pembelajaran
Tahap ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kesiapan belajar murid, termasuk pemahaman awal, latar
belakang pengetahuan, dan kebutuhan individual mereka. Informasi yang diperoleh
dari asesmen awal sangat krusial untuk membantu guru:
- Menyesuaikan pendekatan mengajar
dengan karakteristik siswa
- Merancang pembelajaran yang
inklusif dan adaptif
- Mengidentifikasi kesenjangan
pengetahuan
Metode yang dapat digunakan:
pre-test, diskusi awal, kuesioner, survei minat, dan wawancara singkat.
B.
Asesmen pada Proses Pembelajaran (Asesmen Formatif)
Asesmen formatif dilakukan
secara berkala selama proses belajar berlangsung. Tujuannya adalah untuk:
- Memantau perkembangan belajar
murid
- Memberikan umpan balik
konstruktif secara real-time
- Menyesuaikan strategi dan metode
pembelajaran sesuai kebutuhan
Melalui
asesmen ini, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal,
interaktif, dan relevan.
Teknik yang umum digunakan:
observasi, refleksi harian, diskusi kelompok, kuis singkat, jurnal belajar,
serta pertanyaan terbuka untuk menggali pemahaman.
C.
Asesmen pada Akhir Pembelajaran (Asesmen Sumatif)
Asesmen akhir bertujuan
untuk mengevaluasi sejauh mana murid telah mencapai kompetensi yang
ditargetkan. Lebih dari sekadar pengukuran nilai, asesmen ini juga
menggambarkan kualitas pemahaman dan penerapan konsep yang telah dipelajari.
Asesmen sumatif tidak hanya berbasis tes, tetapi juga mengintegrasikan berbagai
bentuk penilaian autentik yang menilai kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan abad 21.
Metode yang digunakan:
ujian, portofolio karya, proyek nyata, presentasi, studi kasus, atau produk
akhir yang relevan dengan dunia nyata.
Dengan
pendekatan asesmen yang menyeluruh dan berkesinambungan, guru dapat membantu
setiap murid tumbuh optimal sesuai potensi masing-masing, menciptakan iklim
belajar yang sehat, reflektif, dan mendalam.
Klik
di sini untuk mengunduh Contoh
Perencanaan Pembelajaran Mendalam
- Perencanaan
Pembelajaran Mendalam Jenjang SD
- Perencanaan
Pembelajaran Mendalam Jenjang SMP
- Perencanaan
Pembelajaran Mendalam Jenjang SMA
Dengan
perencanaan yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan, pembelajaran bukan
lagi sekadar penyampaian materi, tetapi menjadi perjalanan tumbuh bersama
antara guru dan murid dalam membangun masa depan yang lebih cerah.
Mari
Bergabung dengan Komunitas Telegram dan Whatsapp Datadikdasmen
- Channel Telegram : t.me/datadikdasmen
- Channel Whatsapp : whatsapp.com/channel/0029VaJejoW9sBICHwLQ2a3s
Sumber :
https://www.datadikdasmen.com/2025/06/rpm-pauddikdasmen.html
Sumber Tentang
Deep Learning :
A.
Buku dan Artikel Tentang
Deep Learning
- Pengenalan Deep Learning Dan
Implementasinya
- Naskah Akademik Pembelajaran
Mendalam
- Dasar-dasar Deep Learning dan
Contoh Aplikasinya
- Deep Learning dengan Pyton
- AI, Machine Learning &
Deep Learning
- DEEP LEARNING
- Pengenalan Konsep
Pembelajaran Mesin dan Deep Learning
- Deep Learning dan
Penerapannya dalam Pembelajaran
- Contoh Modul Ajar
Pembelajaran Deep Learning
10. Bagaimana
Implementasi 3 Pilar Deep Learning Dalam Pembelajaran?
11. Konsep dan
Implementasi Deep Learning Oleh Robert Randall
- Membangun Pola Pikir Deep
Learning Guru Sekolah Dasar
- Contoh Modul Ajar Deep Learning
- Menyusun Modul Ajar Berbasis
Deep Learning
- 49 Ide Deep Learning
- Bedah Buku Deep Learning v2
- Pembelajaran
Mendalam-berinteraksi Dengan Dunia-Mengubah Dunia
18. DIMENSI KEBERMAKNAAN DAN KEAKTIFAN
DALAM ...
20. Konsep
dan Implementasi Deep Learning Oleh Robert Randall
- Abbott, I., Townsend, A., Johnston-Wilder, S., & Reynolds, L. (2009). Literature review: Deep learning with technology in 14-to 19-year-old learners. Institute of Education, University of Warwick.
- Allen, I. E., & Seaman, J. (2013). Changing course: Ten years of tracking online education in the United
States. Babson Survey Research Group.
- ATESL (2014). Mindful Learning: ATESL Adult ESL Curriculum Framework. Government of Alberta.
- Ausubel, David Paul. (1963). The Psychology of Verbal Learning. Grune and
Stratton.
- Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP). (2024). Kajian Akademik Kurikulum Merdeka.
- Bangsawan, LT. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Citra Praya.
- Bates, T. (2015). Teaching in a digital age: Guidelines for designing teaching and learning. Tony Bates Associates Ltd.
- Beers, S. Z. (2011). 21st Century Skills: Rethinking How Students Learn. Technology and Engineering Teacher, 70(1), 28-33.
- Bentz, V. M. (1992). Pembelajaran Mendalam groups: Combining emotional and intellectual learning. Clinical Sociology Review, 10, 71–89.
- Biggs, J., & Tang, C. (2011). Teaching for quality learning at university (4th ed.). Open University Press.
- Bolstad, R., & Gilbert, J. (2012). Supporting future-oriented learning and teaching—a New Zealand
perspective.
Ministry of Education New Zealand.
- Bråten, O. M.
H., & Skeie, G. (2020). ‘Deep Learning’ in Studies of Religion and
Worldviews in Norwegian Schools? The Implications of the National Curriculum Renewal in 2020. Religions,
11(11), 579.
- Costa, A. L., & Kallick, B. (2000). Habits of Mind: A Developmental Series. Association for Supervision and Curriculum
Development.
- Darling-Hammond, L., & Bransford, J. (2005). Preparing Teachers for a Changing World: What Teachers Should Learn and
Be Able to
Do. Jossey-Bass.
- Darling-Hammond, L., &
McLaughlin, M. W. (1995). Policies that support
professional development in an era of reform. Phi Delta Kappan, 76(8),
597-604.
- Darling-Hammond,
L., et al.
(2009). Professional learning in the learning profession:
A status report on
teacher development in
the United States and abroad. National Staff Development
Council.
- Dzemidzic Kristiansen, S., Burner, T., Johnsen, B. H., & Yates, G. (2019). Face-to-face promotive interaction leading to successful cooperative learning: A review study. Cogent Education,
6(1), 1674067.
- Erikson, E. H.
(1963). Childhood and
society (2nd Ed.). Norton. Erikson, E.H.
(1968). Identity, Youth and Crisis.
W. W. Norton Company.
- Fullan, M. (2007). The New Meaning of Educational Change. Fourth Edition. Teachers College
Press.
- Fullan, M. (2013). The New Pedagogy: Students and Teachers as Learning Partners. Educational Leadership, 70(6), 23-27.
- Fullan, M., & Langworthy, M. (2014). A rich seam: How new pedagogies find deep learning.Pearson.
- Fullan, M., Quinn, J., &
McEachen, J. (2018). Deep Learning: Engage the world, change the world.SAGE
- Garrison, D. R., & Anderson, T. (2003). E-learning in the 21st century: A framework for research and practice. RoutledgeFalmer.
- Gillon, C. J., Lillicrap, T.
P., Beaudoin, P., Bengio, Y., Bogacz, R., Christensen, A., & Kording,
K. P. (2019). A Deep Learning framework for neuroscience. Nature Neuroscience, 22(11), 1761– 1770.
- Graham, C. R. (2006). Blended learning systems: Definition, current trends, and future directions.
- In C. J.
Bonk & C.
R. Graham (Eds.), The handbook of blended learning: Global perspectives, local designs.
Pfeiffer Publishing.
- Hadjid. (2004). Ajaran K.H.A. Dahlan dengan 17 ayat-ayat al-Qur’an. PWM Jawa Tengah.
- Hassed, Craig & Chamber, Richard (2015). Mindfulness Learning. Amazon Publisher.
- Hattie, J. (2009). Visible Learning: A Synthesis of Over 800 Meta-Analyses Relating to Achievement. Routledge.
- Hattie, J. A., & Donoghue, G. M. (2016). Learning strategies: A synthesis and conceptual model.Science of Learning, 1(1), 1–13.
- Hermes, J., & Rimanoczy, I. (2018). Pembelajaran Mendalam for a sustainability mindset. The International Journal of
Management Education, 16(3),
460–467.
- Hord, S. M.
(2004). Learning together: Changing schools through professional learning
communities. Teachers College Press.
- Hurlock, E. B. 2011.
Psikologi Perkembangan. Edisi kelima. Erlangga.
- Joyce, B., & Showers, B. (2002). Student achievement through staff development. ASCD.
- Kohlberg, L. (1981). Essays on moral development. Vol. I: The philosophy of moral development. Harper & Row.
- Kohn, A. (2015). Progressive Education: Why it’s Hard to Beat, But Also Hard to Find. Bank Street College of Education. Diakses
dari https://educate.bankstreet.edu/progressive/2.
- Kovač, V. B., Nome, D. Ø., Jensen, A. R., & Skreland, L. Lj. (2023). The why, what and how of Deep Learning: critical analysis and additional concerns. Education Inquiry, 1–17.
- Latifa, M., & Arifmiboy. (2023). Landasan Sosiologis Dalam Pengembangan Kurikulum Sebagai Persiapan Generasi yang Berbudaya Islam. ANTHOR: Education and Learning Journal, 2(5). 8.
- Nelson Laird, T.
F., Shoup, R.,
Kuh, G. D.,
& Schwarz, M.
J. (2008). The effects of discipline on deep approaches to
student learning and
college outcomes. Research in Higher Education, 49(6), 469-494.
- Levy, P. (2017).
Designing the New Curriculum: A Framework for Pembelajaran Mendalam. Journal of Curriculum Studies, 49(5), 598-613.
- Madya, S. (2010). Pembentukan Karakter Mandiri Dalam Pendidikan RSBI Dalam Sistem
Desentralistik. Makalah disajikan dalam Pelatihan Konsumsi Pangan Sehat Untuk Semua Bagi Guru RSBI, Yogyakarta, 9-11 Desember 2010.
- Marblestone, A. H., Wayne, G., & Kording, K. P. (2016). Toward an integration of Pembelajaran Mendalam and neuroscience. Frontiers in Computational Neuroscience, 10(94), 1–41.
- Maulidania, A., Junaedi, D., & Waluyo, T. (2023). Implementasi Landasan Sosiologis Dalam Pengembangan Kurikulum Dan Analisis Isu-Isu Krusial Kurikulum Di
Era Globalisasi. Sintesa: Jurnal Ilmu Pendidikan, 18(2).
- Nuramini, A. (2023). Hambatan pengawas sekolah dalam implementasi Merdeka Belajar di wilayah pesisir. Prosiding SEMDIKJAR (Seminar Nasional Pendidikan dan Pembelajaran),
Volume 6 Halaman 211-222.
- Norwegian Directorate for Education and Training. (2018). Video: Pembelajaran Mendalam. Diakses dari: https://www.udir.no/laring-og-trivsel/lareplanverket/stottemateriell-til-overordnet-del/film-
dybdelaring/.
- Pembukaan UUD 1945 Alinea 1-4 dan Maknanya” selengkapnya https://www.detik.com/edu/
detikpedia/d-5804914/pembukaan-uud-1945-alinea-1-4-dan-maknanya
- Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan.
- Peters, M. (2018). Pembelajaran Mendalam, education and the final stage of automation. Educational Philosophy and Theory, 50(6–7), 549–553.
- Piaget. (1972). Teori Perkembangan Kognitif Piaget, dalam Sujiono dkk 2008,Metode Pengembangan Kognitif.
Universitas Terbuka.
- Piaget, J. (1952). The Origins of Intelligence in Children. International Universities Press.
- Prihatin, E. (2008). Guru Sebagai Fasilitator. Karsa Mandiri Persada.
- Quinn, J., McEachen, J., Fullan, M., Gardner, M., & Drummy, M. (2019). Dive into Deep Learning: Tools for engagement. Corwin
Press.
- Resnick, L. B. (2017). Learning in the 21st Century: Toward a Cognitive Theory of Deep Learning. Educational Psychologist, 52(4), 221-232.
- Richards, B. A., Lillicrap, T. P., Beaudoin, P., Bengio, Y., Bogacz, R., Christensen, A., & Kording, K.P. E. A. (2019). A Deep Learning framework for neuroscience. Nature Neuroscience, 22(11), 1761–1770.
- Saavedra, A. R., & Opfer, V. D. (2012). Teaching and Learning 21st Century Skills: Lessons from the Learning Sciences. International Journal of
Educational Research, 56,
1-12.
- Sabani, F. (2019). Perkembangan Anak - Anak Selama Masa Sekolah Dasar (6 - 7 Tahun)’, Didakta: Jurnal Kependidikan, 8(2), pp. 89–100.
- Salabi, A.S. (2020). Efektivitas Dalam Implementasi Kurikulum Sekolah. Education Achievement: Journal of Science and
Research, Volume 1,
Issue 1, November 2020.
- Santrock, J. W. (2019). Adolescence
(Seventeen edition ed.). McGraw-Hill Education.
- Scott, C. L. (2015). The futures of learning 2: What kind of learning for the 21st century? Paris: UNESCO, Education Research and Foresight. [ERF Working Papers Series, No. 14].
- Siemens, G. (2005). Connectivism: A Learning Theory for the Digital Age. International Journal of Instructional Technology and
Distance Learning, 2(1), 3-10.
- Smith, T. W., & Colby, S. A. (2007). Teaching for Deep Learning. The Clearing House: A. Journal of Educational Strategies, Issues
and Ideas, 80(5), 205–210.
- Srivastava, S., Varshney, A.,
Katyal, S., Kaur, R., & Gaur, V. (2021). A smart learning assistance
tool for inclusive education. Journal of
Intelligent and Fuzzy Systems, volume 40,
issue 6, pages 11981-11994.
- Tal, T., & Tsaushu, M. (2018). Student-centered introductory biology course: Evidence for Deep Learning. Journal of Biological
Education, 52(4), 376–390.
- Tileston, D. W. (2004). What Every Teacher Should Know About Student Motivation. Corwin
Publishing.
- UNESCO (2014). The Love of Education. Learning to Live together. UNESCO publication.
- Vygotsky, L. S. (1978): Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes. Harvard University Press.
- Wenger, E. (1998). Communities of practice: Learning, meaning, and identity. Cambridge University Press.
- Wiggins, G., & McTighe, J. (2005). Understanding by Design. 2nd Edition. ASCD.
B. Video
Tentang Deep Learning
Tidak ada komentar:
Posting Komentar